Urgensitas Filsafat Pragmatisme dalam Memecah Polemik Tambang Lingko Luwuk dan Lengkololok

0
309
Penulis: Yasintus E. Darman (Mahasiswa Sosiologi Universitas Nusa Cendana Kupang)

Kehidupan Manusia pada hakikadnya tidak terlepas dari masalah, baik masalah pribadi maupun masalah yang sifatnya universal (Masalah Kebijakan Kemerintah), karena ini menyangkut kepentingan umum. Rupanya, persoalan menjadi warna tersendiri dalam realitas kehidupan kita. Menjadi sangat unik bila kehidupan kita diselingi dengan persoalan. Bahkan, dalam cara pandang tertentu, eksistensi Manusia sangatlah berarti apabila mengahadapi berbagai persoalan. Sebab, dalam menghadapi persoalan kita betul-betul ditantang habis-habisan untuk bisa mengatasinya. Di situlah kualitas kita diuji. Dalam masalah yang dihadapi, tentunya kita diminta untuk bukan malah menghindar tetapi, justru mendekat dengan masalah tersebut. Mendekat dalam hal ini, bertujuan untuk menjadikan seluruh masalah sebagai dasar dalam menata kehidupan yang lebih baik. Sebab, itulah salah satu panggilan hidup Manusia.

Pada tahun 2020 merupakan tahun yang sangat berbeda dan tidak mudah dilupakan dalam sejarah peradaban hidup Manusia. Bagaimana tidak, Pada tahun ini dunia sedang dirundung derita yang cukup tragis. Covid-19 merupakan penyebabnya. Inilah salah satu persoalan kita hari ini. Tetapi, bukan masalah ini yang ingin diangkat oleh Penulis.

Belum usai tragedi Covid-19 di atas, lagi-lagi kita dirundung oleh satu polemik baru yaitu, masalah Tambang di kampung Luwuk dan Lengkololok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Manggarai Timur. Masalah ini mengundang perhatian banyak pihak. Partisipasi sangat diharapkan di sana. 

Sejak awal tahun 2020, isu Tambang menjadi hangat diperbincangkan. Berdasarkan informasi yang ada, masyarakat ahirnya terfragmentasi menjadi dua pihak yaitu, kelompok pro dan kelompok kontra tambang. Semua mereka memiliki alasan tersendiri untuk mendukung ataupun menentang.

Isu terkait Tambang

Mengutip TAJUK FLORES.com-Baru-baru ini, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menyatakan persetujuannya terkait pembangunan semen di Manggarai Timur. Kata dia, saat ini pembanguanan di NTT membutuhkan semen. Menurut Viktor, kebutuhan semen di NTT setiap tahun mencapai 1,2 juta ton/tahun. Belum lagi kebutuhan semen di Timor Leste mencapai 600 ribu ton/tahun. Sementara produksi semen lokal hanya mampu menghasilkan 250 ribu ton/tahun saat ini. “Produksi Semen Kupang saat ini hanya mampu mencapai 250 ribu ton/tahun. Kekurangan itu selama ini kami datangkan dari Jawa,” katanya. Viktor mengatakan,  pabrik semen di Manggarai Timur bertujuan utuk memenuhi kebutuhan lokal. Apalagi, Pemerintah tengah melakukan pembangunan infrastruktur besar-besaran di Flores, seperti pembangunan jalan sepanjang 1.000 km dari Labuan Bajo menuju Wae Rebo di Kabupaten manggarai. Ia pun meminta Bupati Matim Agas Andreas untuk mengizinkan pembangunan pabrik semen di Daerahnya.

Borong, SorotNTT.com-Rencana pembangunan pabrik semen oleh PT Istindo di Kampung Luwuk dan Lengkololok Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Manggarai Timur mendapat respon positif dari Pemerintah Daerah Kabnupaten Manggarai Timur. Hal ini disampaikan dalam kunjungan kerja Bupati Manggarai Timur, Selasa (21/01/2020) siang, di Kampung Luwuk.

Mengutup POS-KUPANG-COM-BORONG-Pemkab Manggarai Timur melakukan sosialisasi pembangunan Pabrik semen di Kampung Luwuk, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kamis (13/2/2020) siang. Sosialisasi kepada Warga berlansung di Rumah Gendang Luwuk terkait perkenalan PT. Semen Singa Merah. Sosialisasi bertujuan agar Masyarakat Luwuk menerima kehadiran PT Semen serta bisa melaksanakan pembangunan agar bisa ada perubahan usaha di Desa Satar Punda. Yang pembangunan PT. Semen Pemerintah bisa menekan tingkat kemiskinan yang ada di Luwuk dan sekitarnya.

Berdasarkan pemberitaan media di atas, dapat ditarik konklusinya ialah Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur memberikan karpet merah untuk pembangunan semen di Manggarai Timur. Tujuannya ialah mampu memenuhi kebutuhan akan semen, terutama untuk tujuan infrastruktur dan adanya orientasi kesejahteraan Ekonomi Masyarakat. Ada dua orientasi di sini.

Filsafat Pragmatis

Menurut C.S. Peirca dalam artikelnya “How to Make Our Ideas Clear” dalam Popular Science Monthly, Januari 1878, setelah menunjukan bahwa keyakinan-keyakinan kita sungguh dimaksudkan untuk tindakan tertentu, Peirce kemudian mengatakan bahwa kita perlu menentukan mana tindakan yang sangat berarti bagi kita yang perlu kita ambil. Untuk memahami objek dari pemikiran kita, kita perlu mempertimbangkan akibat praksis apa yang menurut akal sehat dapat terkandung dalam objek itu.

Bersandar pada pendapat di atas, mari kita coba menguji dengan melihat dampak. Melihat perizinan Tambang ini harus dengan kaca mata yang luas, karena perizinan Tambang menimbulkan beragam perspektif. Dalam hal ini, ada beberapa perspektif yang akan kita uji, diantaranya ialah orientasi Pemerintah yaitu, Ekonomi dan Infrastruktur vs Lingkungan dan Budaya. Beberapa aspek ini laik diangkat, sebab ke empatnya menjadi bahan pertimbangan. Menjatuhkan opsi pada empat aspek ini bukan menjadi hal sepele, Di sinilah Filsafat Pragmatis mampu memberi jalan. 

Pertama, aspek Ekonomi dan Infrastruktur adalah orientasi pemerintah. Semuanya ini bertujuan untuk kesejahteraan Masyarakat dan penambahan pendapatan Daerah. Masyarakat akan mendapatkan uang, akses jalan yang baik dan lain sebagainya. Semua yang dibuat adalah benar adanya. Karena dengan uang kita bisa membeli sesuatu dan memenuhi kebutuhan yang lain. Di situlah kita menikmati Sorga. Tetapi ingat, berbicara Tambang pasti ada habisnya. Ketika, tambang tersebut telah dieksploitasi, para Investor akar melarikan diri dan mencari mangsa lain. Kita ditinggal derita.

Kedua, Eksistensi Lingkungan memiliki beragam unsur di dalamnya. Dalam lingkungan ada Air, Udara, Fauna, Flora dan unsur lainya. Dengan melihat unsur ini, kalau boleh jujur bahwa Lingkungan adalah sumber nyawa dan kehidupan kita. Sebab di sana, seluruh kebutuhan kita disediakan. Hal ini, kita bisa ibaratkan Lingkungan adalah seorang Ibu yang sebagai sumber kehidupan. Bukankah sumber tersebut adalah nyawa Manusia? Kalau lingkungan terancam, apakah kehidupan kita juga tidak terancam? Mesti dicerna sebaik mungkin. Selain itu, ketika Lingkungan terkontaminasi, apakah kita masih dibilang bijak untuk Generasi yang akan datang? Bukankah definisi Lingkungan adalah titipan Generasi yang akan datang? Kalau semua pertanyaan ini kita pikir dan cerna baik-baik, maka kita tolak Tambang demi nyawa, generasi dan budaya kita. 

Ketiga, kita kehilangan Budaya. Sebab term Lingko dalam Budaya Manggarai hilang di balik orogansi kita.

“Melihat penjelasan di atas, dalam perspektif Pragmatis pasti menolak alasan Ekonomi dan Infrastruktur. kita harus jujur bahwa masalah Ekonomi dan infrastruktur masih bisa diatasi bukan hanya dengan Tambang. Pemerintah bisa meningkatkan aspek Pertanian dan Peternakan untuk kesejahteraan Ekonomi Masyarakat. Menjadi soal apabila berharap penuh pada tambang untuk kesejahteraan hidup Masyarakat, di sini pemerintah di nyatakan gagal total (Gatot) dalam mengelola. Potensi kedua aspek itu, mestinya perlu ditingkatkan melalui peningkatan Sumber daya Manusia (SDM). Sebab, kualitas Lingkungan utk bertani dan berternak sangat menunjung sebuah peradaban, terutama pada kesejahteraan hidup Masyarakat”.

Penulis: Yasintus E. Darman

Mahasiswa Sosiologi Universitas Nusa Cendana Kupang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini