Wabup SBD: EGC, Langkah Awal Menghadapi Pasar Global

0
286
Wakil Bupati SBD, Marthen Christian Taka

 

NTT-News.com, SBD – Wakil Bupati (Wabup) Sumba Barat Daya (SBD) menyebutkan bahwa kelompok belajar English Group Of Course Sumba (EGC) yang berada dilingkup Desa Kabali Dana akan menciptakan calon pemimpin. Pasalnya, niat anak dalam mengikuti proses pembelajaran diluar sekolah dengan menggunakan ruangan yang sederhana sangat luar biasa.

Demikian dikatakan oleh Wakil Bupati SBD, Marthen Christian Taka, pada Sabtu (18/01/2020) dalam sambutannya di acara natalan bersama orangtua murid siswa EGC di Nirri Wittu.

Wabup menjelaskan bahwa pendidikan di tanah air ini tidak bisa dianggap sebagai hal yang mudah, tidak mudah didapat tanpa berusaha. Pendidikan juga sangat sulit diperoleh tanpa bermodalkan materi yang cukup. Namun demikian, dirinya sangat mengapresiasi inisiatif masyarakat yang sudah mendirikan sebuah lembaga kecil untuk belajar berbahasa inggris, tanpa memungut biaya apapun.

Menurutnya, segala usaha yang dilakukan secara bergotong royong akan menghasilkan suatu keajaiban yang luar biasa. Dengan demikian, harapan bersama dalam mewujudkan anak bangsa yang berkualitas akan tercapai.

Wakil Bupati meyakini bahwa kelompok belajar EGC merupakan langkah awal yang sedang berhadapan dengan persaingan pasar global. Dengan bisa berbahasa inggris, jelas Wakil Bupati, akan mempermudah anak bangsa dalam mendapatkan lapangan pekerjaan.

“Kalau sudah bisa berbahasa inggris, saya sangat yakin bahwa akan memudahkan anak kita untuk berkomunikasi dengan orang asing. Apa lagi daerah kita kaya akan destinasi pariwisata, hotel-hotel sudah mulai dibangun, itu akan menjadi tempat kerja yang tepat,” tutur Wakil Bupati.

Ia juga mengapresiasi tenaga pendidik yang mendidik aset bangsa yang bergabung dalam kelompok EGC Sumba tanpa pamrih. Ia mengharapkan supaya pemimpin kelompok kursus bahasa inggris ini terus berjuang tanpa menyerah.

Dirinya juga menghimbau orang tua murid untuk tetap bersinergi dalam mendukung serta mendorong anak-anak dalam belajar. Serta terus memberi dukungan dalam membangun kelompok kecil ini menuju perkembangan.

Dikesempatan yang sama, Wakil Bupati SBD, Marthen Kristian Taka, juga menghimbau kepala desa untuk mendukung penuh dalam membangun sekolah EGC. Menurutnya, kursus bahasa inggris merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat.

“Saat ini dana desa yang ada, menjadi persoalan dan perbincangan diseluruh penjuru negeri. Mari kita bergotong royong dalam mewujudkan pemberdayaan yang merata. Harus mengutamakan pemberdayaan masyarakat lewat kelompok-kelompok belajar yang kecil ini,” himbau Wakil Bupati.

Sementara itu, pimpinan EGC Sumba, Petrus Ngongo Bulu, S. S,
mengatakan bahwa hadirnya pembelajaran non-formal ini merupakan bentuk inisiatif dirinya sendiri. Menurutnya, kepedulian ini juga menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan intelektual siswa-siswi dari tingkat rendah. Sehingga pembelajaran ini, lagi kata Petrus, lebih fokus pada praktek berbahasa inggris.

Sementara, jumlah siswa-siswi EGC sebanyak 70 orang. Diantaranya, siswa SD 30 orang, SMP 25 orang, dan siswa SMA sebanyak 15 orang siswa.

“Siswa sekolah Dasar paling banyak, pembelajaran ini tidak terlalu formal, siswa diberi kebebasan dalam mempraktekan bahasa inggris dengan baik, menghafal abjad. Pembelajaran kami lakukan di sore hari setiap hari jumat, sabtu, dan minggu,” kata Petrus yang juga Kepala Sekolah Bakti Sumba itu.

Lebih lanjut, Pimpinan EGC Sumba menuturkan bahwa lembaga pendidikan non formal belum sama sekali mendapat perhatian dari pemerintah setempat. Sementara, EGC sudah didirikan sejak 25 Mei 2016 yang silam.

Selain itu, dirinya menjelaskan bahwa bangunan permanen yang memiliki ruangan terbuka itu merupakan hasil swadaya masyarakat. Sehingga, dirinya sangat berharap supaya bisa mendapatkan bantuan dari berbagai lembaga.

Lewat kelompok belajar ini, kata petrus, merupakan bentuk dukungan terhadap program tujuh jembatan emas dalam bidang pendidikan dan pariwisata lewat proses belajar bahasa inggris.

“Lihat saja gedung sederhana ini yang hanya memiliki ruangan terbuka, meja, kursi, pintu, jendela tidak ada. Bahkan siswa belajar dengan mengalaskan sendal dan tikar untuk duduk dilantai. Kami pernah mendapatkan bantuan alat tulis menulis dari pemerhati pendidikan di jogja,” tutur Petrus dengan rasa terharu.

Penulis : Rian

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini