NTT-Nesw.com, WESEL – Kurang lebih 4 tahun beribadah menggunakan gedung darurat, umat Stasi Vincensius Apaula Puu Maroto, Paroki Santo Yosep Pekerja Manola bergotong royong membangun gedung gereja permanen.
Inisiatif umat membangun gedung gereja secara permanen merupakan salah satu kerinduan untuk menikmati suasana ibadah yang nyaman dan tentram.
Pasalnya, selama ini umat khatolik stasi Vincensius Apaula hanya menggunakan gedung darurat yang saat ini sudah tidak layak terpakai.
Selain itu, gedung gereja darurat itu memiliki ruang yang sempit. Bahkan menggunakan tempat duduk yang terbuat dari belahan bambu dan kayu bulat.
Pembina Umat Stasi Vincensius Apaula Puu Maroto, Urbanus Umbu Rasa mengatakan, inisiatif umat dalam bergotong royong membangun gedung gereja permanen merupakan bentuk kerinduan untuk merasakan kenyamanan saat beribadah.
“Hari ini umat sedang bergotong royong dalam perluasan pembangunan gereja” katanya ketika ditemui wartawan media ini, Kamis (01/09/2022).
Saat ini, umat sedang menggali dan mengangkut batu gunung untuk membuat pondasi gedung gereja.
Untuk memenuhi kekurangan material lainnya, umat hanya bisa swadaya serta menyumbangkan tenaga dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
“Kami swadaya, segala kebutuhan dalam pekerjaan ini merupakan hasil gotong royong umat. Saat ini kami sedang menggali dan batu gunung sebagai bahan untuk membuat pondasi gereja,” tambahnya.
Dia mengaku bangga melihat keterlibatan ibu-ibu yang turut membantu mengangkut batu gunung di lokasi penggalian tersebut.
Tentunya, kepedulian ibu-ibu, kata Urbanus dapat mengurangi beban kerja.
“Selain mereka (ibu-ibu) menyedikan keladi dan ubi rebus sebagai makanan saat bekerja mereka juga turut membantu menyelesaikan pekerjaan lainnya,” imbuhnya.
Urbanus mengharpakan supaya ada uluran kasih dari berbagai pihak untuk kelancaran gedung gereja tersebut. (Gusti)
