Sania Wanita Penginspirasi di Balik Layar

0
358
Ilustrasi

“Sania… Maafkan aku yang telah membawa namamu dalam imajinasiku, dan maafkan mataku yang teramat suka menatap kecantikkan di wajahmu”

Suasana langit pagi ini yang penuh kabut dan hujan gerimis, dihiasi semiliran angin berhembus merasuki raga, menyejukkan sukma. Serta Kicauan burung tak terdengar seperti biasanya, mentari pun tak mau menampakan dirinya, cuaca pagi ini tak bersahabat. Seorang diri di depan teras kos sambil ditemani segelas kopi hangat dan rokok soemporna di barisan gigi yang rapi, asap menepul keluar dari mulut tanda mengusir dingin di pagi itu.

Mataku melihat betapa indahnya ciptaan Tuhan, manusia memiliki nama dan diberi-Nya keunikan tersendiri, tanaman-tanaman di halaman kosku kelihatannya begitu subur, daun-daunnya menghijau mungkin karena dibasahi oleh tetesan air hujan yang cukup deras membelah bumi di malam tadi. Memberikan kesejukkan dan kedamaian di hati yang luar biasa yang tengah gundah gulana karena rasa cinta yang tersampaikan.

Akal sehat menagkap begitu cepat, hingga mampu mengingat kembali mata pelajaran IPA Terpadu di sekolah dasar (SD), tentang fungsi dan peran tumbuhan bagi manusia. Tumbuhan mengeluarkan oksigen, udara yang segar dan bersih lalu dihirup oleh manusia sehingga manusia dapat bertahan hidup. Sebaliknya manusia mengeluarkan karbondioksida, Udara yang kotor kepada tumbuhan dan selanjutnya diproses sehinggga menghasilkan kembali udara yang bersih untuk manusia.

Karya Tuhan sungguh ajaib, luar biasa dan tak bisa ditandingi. Tuhan sangat mengasihi, mencintai manusia, namun tak semua manusia mengerti akan semuanya. Karena selalu diliputi ego dan kesombongan dari pada mementingkan sesama.

Terkadang juga Manusia jberlaku tidak adil terhadap makhluk lain, apalagi terhadap tumbuh-tumbuhan. Manusia sering menebang pohon melebihi kebutuhannya yang menguntungkan dirinya, mengakibatkan hutan gundul sehinggga terjadinya longsor dan banjir yang merugikan sesama hingga menghancurkan dan menciptakan malapetaka bagi manusia itu sendiri. Namun, Tuhan selalu mencintai manusia dan tak pernah sekalipun mendua cintaNya. Cinta Tuhan tidak terbatas….. Gumamku.

Aku teringat kembali pada sebuah kisah dimana aku terposona, ketika mata memandang lukisan wajah, pada layar handpone samsung , cinta yang di rajut bersama seorang gadis yang memiliki cahaya yang indah di bola matanya ketika di tatap.

Sania …… nama gadis itu yang indah mekar laksana bunga sakura di musim semi dan tak akan termakan waktu di telan bumi, bumi pasti akan berenti berputar, tetapi tidak dengan pikiran bayanganmu walau dalam ruang yamg semu.

Perjumpaan kita waktu di tempat ziarah itu membuatku ingin mengulang kembali bahkan ingin sekali lagi kuhitung sejumlah cahaya dimatamu yang indah.

Aku ingin mengulang lagi kegiatan peziarahan di taman Oebelo itu, di mana perayaan Ekaristi Suci itu di pimpin oleh Pater Yohanes Jeramu, CMF. Pastor pendamping kegiatan peziarahan, selama perayaan aku sungguh menghayati semuanya mulai dari ritus pembuka sampai pada ritus penutup.

Aku teringat tentang pesan kotbah yang disampaikan Pastor bahwa mencintai itu suatu rasa yang wajar namun memilih untuk berpacaran itu sebuah pilihan yang akan di buktikan dengan sebuah komitmen. Seperti bacaan waktu itu, “Cinta akan rumah-Mu menghanguskan aku”.

Canda tawa kita menghiasi taman ziarah dan disaksikan oleh makhluk Tuhan yang saat itu bersama-sama dengan kita, bahkan tumbuhan sekitar tempat suci itu menyetujui pertemuan dua insan yang mau menyatukan hati.

Sania, rasa cinta dihati bagaikan air yang selalu ada jalan untuk melewati segala rintangan yang menghalangnya, benih cinta itu tumbuh pada pandangan pertama bagaikan sebuah pisau yang merobek hasrat terdalam diri seseorang.

Bagaikan benih yang jatuh ditanah yang tumbuh subur membuatku tak mampu mengatasinya. Ingin aku katakan semua perasaan di hati tapi aku takut jangan sampai dia sudah memiliki kekasih hati.

Ya Tuhan, sampai kapan aku harus menahan perasaan ini ??…Aku mencoba tuk menyentuh tangannya, yang sedari tadi raganya duduk di sampingku, dengan sedikit raguku ungkapkan rasa cintaku padanya.

“Sania……boleh aku mengatakan sesuatu??”…tanyaku gugup. Jantungku berdetak kencang seperti kendaraan yang mau berperang.

”ohh…boleh silahkan!” Katanya sambil menatap kearahku. Tuk kesekian kalinya ku nikmati cahaya di bola matanya.

“Sania …sebenarnya aku……aku….suka sama kamu dan aku jatuh cinta sama kamu…..”. Sedari tadi aku menyimpan rasa, aku mencoba melawan rasa tapi aku tak bisa. Semakin aku menahan semakin bergejolak dalam diriku.”

Mendengar kataku Sania tesentak kaget dan terkejut, wajah yang semula dihiasi senyuman melebar mulai tertutup perlahan dengan incian wajah yang mulai berubah.

Entahlah mungkin karena perasaan yang terungkap atau kah mungkin dia sedang bergejolak yang membuatnya bertanya apa yang ku suka dari dirinya? Mengapa aku mengatakan cinta padanya?

Entahlah aku bukan seorang filsuf yang melahirkan banyak pemikiran yang cemerlang yang membuat orang menjadi cerdas dan aku juga bukan Tuhan yang mengetahui isi didalam hatinya. Tanpa sekata, senyuman dan tatapan ia bergegas pergi dari tempat yang kami duduki. Ku coba ungkapkan sepatah kata yang menyentuh hati tapi tak terdengar, Sania pergi tanpa menolehku yang tetap menempati tempat itu.

Waktu terus bergulir. Hari berganti hari tetapi rasa di hati tak pernah terganti perasaan ku kepadanya masih tergiang, walau saaat ini aku tahu bahwa Merliana adalah kekasih sahabatku sendiri, memang aku tidak pantas mencintai wanita yang sudah dimiliki apalagi yang memiliki adalah sahabatku sendiri.

Perasaaan cinta ini bak api yang menyala berkobar-kobar yang tak mampu dipadamkan dengan apapun, bahkan dengan air yang banyak sekalipun. Tetapi di sisi lain aku tak mau melukai hati sahabatku sendiri.

Dengan berat hati dan penuh keberanian kuangkat handponeku lalu kutuliskan pesan walau via WA aku pun menulisnya.

Sania… Aku minta maaaf akan apa yang telah aku ucapkan padamu waktu itu di taman ziarah itu, aku sadar aku memang tidak pantas, mencintaimu itu hanyalah sebuah mimpi yang tak pernah terwujud.

Aku baru tahu kalau kamu adalah kekasih sahabatku sendiri, biarkan aku bagimu hanyalah angin yang bertiup dan pergi entah kemana. Maaf….aku terperangkap dalam cinta yang sebenarnya tidak ku miliki dan tidak kuungkapkan waktu itu, namun rasa cinta akan dirimu selalu menyiksaku biarkan aku pergi membawa cinta ini.

Jika mencintai milik orang adalah dosa biarkan aku menjadi pendosa yang tak bisa diampuni, aku pendosa terindah Sania.. Mulai sekarang aku akan berusaha menggugurkan cinta yang terlanjur bersemi di taman itu.

Pesan singkat ku terkirim, berharap aku menerima balasan darinya, rupanya Sania tidak membalasku, cukup kamu membaca aku sudah merasa bahagia. Kutatap lukisan wajahmu ketika diabadikan ditaman Ziarah itu, aku menyadari bahwa Sania hanyalah sebuah lukisan terindah penginspirasi di balik layar.

Penulis : Laris Mataubana

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini