NTT-News.com, Katikuloku – Kolping terus berupaya menghadirkan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian dan perkebunan terbaik untuk mendukung prioritas kebijakan pembangunan pertanian berbasis ketahanan pangan bagi remaja.
Salah satu cara yang dilakukan oleh Kolping Sumba adalah melaunching program pendidikan bertani dan berkebun bagi kolping muda di Pulau Sumba.
Kegiatan ini Bertempat di Pusat Kolping Katikuloku, Desa Mata Woga, Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba Tengah.
Ketua Karya kolping Sumba, Yohanes Oscar Mandeta mengatakan, program pendidikan bertani dan berkebun akan dilakukan selama enama bulan ke depan. Ia menuturkan, program yang akan dilaunching akan berdampak pada satu perubahan peningkatan kreatifitas bagi pelajar dalam bertani maupun berkebun.
“Program ini akan berlangsung beberapa bulan ke depan, pelajar akan dibimbing cara bercocok tanam,” katanya.
Menurutnya, program ini sangat bermanfaat bagi pelajar untuk dikembangkan sesudah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA. Pasalnya, berbagai penyuluhan pertanian akan diberikan kepada pelajar tersebut.
Untuk membangun SDM pelajar pertanian tersebut, kata Yohanes, dibutuhkan SDM yang mampu menumbuh kembangkan kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan-red). Sehingga remaja dituntut memiliki kompetensi dibidang pertanian serta menguasai perkembangan teknologi dan informasi dibidang pertanian itu sendiri. Dengan demikian, lagi kata Yohanes, akan tercipta SDM pelajar yang dapat mengelola usaha taninya dengan baik.
“Pelajar akan dituntut untuk mengembangkan pengetahuannya dalam mengelolah usaha taninya. Tentunya membutuhkan penyuluhan yang cukup terhadap peserta tersebut,” ujarnya.
Yohanes berharap supaya program ini mendapat dukungan dari berbagai pihak baik dari Pemerintah, Gereja dan Masyarakat.
Sementara itu, Ketua Yayasan Karya Kolping Sumba, Paulce Parera, pilot proyek ini bertujuan mendidik anak-anak remaja Kolping dalam berkebun sayur yang pada gilirannya menuntun mereka untuk kesadaran mengkonsumsi sayuran sebagai asupan gizi yang berguna bagi pertumbuhan.
Menurutnya, membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Hal itu, tutur Paulce, tidak terlepas dari materi yang disampaikan oleh salah seorang narasumber, Sisilia Pawolung yang juga ketua panitia kolping berkebun.
Karena itu untuk membangun pertanian, Kata Paulce, harus membangun sumber daya manusianya. SDM yang perlu dibangun di antaranya adalah SDM pertanian bagi pelajar dari dini. Dengan demikian, dirinya meyakini bahwa perkembangan pengetahuan pelajar dalam bertani akan terarah.
“Proses pembelajaran yang baik akan melahirkan remaja yang semakin mencintai dunia bertanian. Mereka (pelajar) tidak akan berharap menjadi seorang PNS jika dari dini mereka sudah diberi pembinaan dan keuntungan menjadi seorang petani,” kata Paulce. (RIAN/JEP)