NTT-News.com, Kupang – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono dikecam habis-habisan para kader dan simpatisan Demokrat pendukung Jefirtson Riwu Kore (Jeriko). Kecaman itu merupakan buntut dari Keputusan DPP Demokrat yang mengeluarkan Surat Keputusan (SK) mengangkat Leonardus Lelo sebagai Ketua DPD Demokrat NTT meskipun dalam pemilihan Ketua DPD Demokrat NTT beberapa waktu dimenangkan oleh Jefri Riwu Kore.
Bentuk kecaman itu dilakukan dengan aksi demonstrasi pada Selasa (4/1/2022) di sejumlah titik, dan berakhir di sekretariat Partai Demokrat NTT, di jalan Kosasi, Kelurahan Bonipoi, Kota Kupang.
Sambil melakukan orasi, massa membawa serta spanduk yang isinya merupakan luapan kekecewaan terhadap sang Ketum AHY, atas keputusan yang dinilai sangat tidak demokratis.
Mulai dari tulisan ‘AHY Pengkhianat’, ‘AHY bukan Politisi dan Badut Politik, ‘AHY Pemimpin Karbitan’, hingga ada juga tulisan yang menganalogikan AHY sebagai Yudas dan Pilatus.
Yudas dalam kitab suci agama Kristen merupakan murid Yesus yang pada akhirnya berkhianat. Sementara Pilatus tokoh yang memutuskan untuk menyalibkan Yesus kemudian mencuci tangan.
Massa juga kemudian membakar sejumlah atribut Partai Demokrat, termasuk yang sudah dicetak untuk AHY.
Selain berbagai spanduk dengan tulisan kecaman terhadap Ketum AHY, massa juga menyatakan sikap mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden RI. Padahal selama ini, Partai Demokrat sangat getol mengumandangkan AHY sebagai Calon Presiden RI.
“Dengan ini kami nyatakan akan mendukung Ganjar Pranowo sebagai Presiden. AHY, jangan harap suara dari NTT,” teriak massa.
Sebanyak 6 poin pernyataan sikap dari para kader dan simpatisan Partai Demokrat NTT pendukung Jeriko, diantaranya;
Pertama, mendesak Jeriko untuk segera berhenti dan keluar dari keanggotaan Partai Demokrat NTT, karena jasa dan kontribusi besar selama menjadi anggota DPR RI 2 periode dan 5 tahun memimpin Partai Demokrat NTT sangat tidak dihargai. Sumbangan emas Jeriko yang dilakukan untuk AHY sebagai pelopor pertama dalam mengungkapkan rencana KLB Moeldoko ternyata hanya isapan jempol belaka, loyalitas dan kesetiaan Jeriko dalam menjaga Demokrat NTT dari anasir KLB Moeldoko dibalas dengan pengkhianatan AHY. AHY ini sungguh-sungguh pemimpin yang tidak punya moral dan jiwa korsa, para pejuang garis depannya dia “bunuh” dengan tangan dingin karena kepentingan sempitnya.
Kedua, menyerukan kepada semua simpatisan dan warga Demokrat NTT yang pro terhadap Jeriko dan mencintai demokrasi, untuk berhenti mendukung Partai Demokrat, karena akan kecewa. Ini bukan partai yang luhur dan sanggup menjaga demokrasi di tubuhnya sendiri. Hasil kemenangan Musda 12 suara untuk kepemimpinan Jeriko dikhianati oleh ketum partainya sendiri. Tidak ada lagi yang tersisa dari kebanggaan terhadap partai Demokrat.
Ketiga, AHY adalah pemimpin egois dan tipis telinganya, dia hanya sanggup dengar bisikan Benny Kabur Harman (BKH) dan gerombolannya. Dia tidak peduli dengan aspirasi nyata dari warga demokrat NTT yang mencintai Jeriko. AHY masuk dalam perangkap politik identitas BKH di NTT yang hanya pro pemimpin yang sama suku dan agamanya. Ini pemicu awal kehancuran Demokrat NTT. “Susah mas ketum mau NYAPRES kalau mudah diatur-atur begini”.
Keempat, AHY adalah pemimpin muda yang belum matang dan belum sanggup mengelola demokrasi dalam partainya sendiri. AHY bukan negarawan. Ia hanya pemimpin muda karbitan saja, yang tidak patut jadi contoh bagi generasi muda bangsa.
Kelima, AHY sangat memalukan. Habis lenyap kebanggaan merawat partai selama ini dengan keputusan yang sangat tidak negarawan.
Keenam, menyatakan berhenti untuk merawat dan mencintai Partai Demokrat NTT karena pemimpin yang buruk seperti ketum AHY.
“Anda (AHY) gagal jadi harapan kami,” tulis kader pendukung Jeriko dalam pernyataan sikapnya. (RM)