Lintas Flobamora

PEMDA SBD Terus Sosialisasikan Pengurangan Pemotongan Hewan Kurban

×

PEMDA SBD Terus Sosialisasikan Pengurangan Pemotongan Hewan Kurban

Sebarkan artikel ini

NTT-News.com, SBD-Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) lewat dinas peternakan terus melakukan sosialisasi pengurangan pemotongan hewan kurban pada acara budaya. Pasalnya, pemotongan hewan kurban yang berlebihan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Demikian dikatakan oleh Dinas Peternakan melalui Kabid Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan, Paulina K. Maghu dalam kegiatan penyelenggaraan program bakti kemandirian masyarakat di wilayah KODIM 1629/SBD, pada Rabu (10/11/2021). Kegiatan ini diselenggarakan oleh KODIM 1629/SBD.

Paulina menjelaskan bahwa pemerintah daerah terus melakukan upaya dalam mensosialisasikan pengurangan pemotongan hewan kurban pada saat acara adat. Dirinya mengaku sulit untuk mengendalikan kebiasaan tersebut. Pasalnya, pemotongan hewan kurban merupakan warisan leluhur dari turun temurun.

“Karena sudah hutang dari nenek moyang, mau tidak mau kami sebagai anak cucu harus mengikuti adat tersebut. Yang terjadi selama ini di Kab. SBD pemotongan kebutuhan akan ternak ini pemeliharaan hewan akan berkurang, dilihat dari populasi ternak,”jelasnya.

Ia menuturkan bahwa populasi hewan di kabupaten Sumba Barat mulai berkurang. Hal itu juga terjadi karena kebiasaan pemborosan dalam berbudaya. Ia pun mencontohkan populasi hewan di Kabupaten Sumba Timur yang semakin berkembang karena tidak ada pemotongan hewan kurban yang berlebihan.

“Misalnya, populasi hewan ternak sapi setiap tahun ternak ada 3.800 ekor Kerbau 14.000 ekor Sapi Sedangkan ternak sapi di Kab. Sumba Timur 52.000 ekor dan kerbau 32.000 – 40.000 ekor kerbau. Kira-kira perbandingan begitu. karena itu masyarakat Sumba Timur masih bisa meningkatkan perkembangan populasi hewan ternak. Sedangkan di SBD cukup sulit karena kebutuhan budaya yang cukup besar,”tuturnya

Melihat hal itu, kata Paulina, Dinas Peternakan SBD sering bersosialisasi kepada masyarakat supaya bisa mengendalikan, mengurangi acara pesta, acara adat. Selaini, Paulina juga menyebut bahwa dinas peternakan juga serin sosialisasi tentang cara pengolahan pakan ternak, merawat ternak dengan memberikan pakan yg teratur dan baik. Guna mempertahankan populasi ternak tersebut.

“Kami juga sering sosialisasikan bagaimana berternak dengan baik, dengan kebutuhan budaya yang besar, masyarakat perlu mempertahankan populasi ternak, apa lagi harga jualnya yang sangat mahal,”imbuhnya.

Dinas peternakan kata dia terus berupaya menghimbau masyarakat untuk memanfaatkan bahan baku lokal seperti batang pisang, daun keladi, jagung dan pa’u untuk diolah menjadi pakan ternak yang cukup tinggi.

“Kalau ada pelatihan kami bisa mempraktekannya, karena permentasi pakan ternak ini ditutup dalam wadah yang tertutup tanpa oksigen hanya membutuhkan waktu 3 hari dan tidak perlu dimasak dan bisa langsung diberikan kepada ternak dan ini dinamakan rekayasa rekologi yang kita upayakan, di SBD bahan bakunya cukup banyak”tutupnya.(JEP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *