NTT-News.com, Tambolaka – Ratusan warga masyarakat Sumba Barat Daya (SBD) meninggalkan kampung halamannya guna melanjutkan hidup di tanah rantau. Mereka (Masyarakat) berangkat sebagai tenaga kerja panen jagung di Nusa Tenggara Barat. Pasalnya, upah kerja sangat menjanjikan untuk keberlangsungan hidup warga tersebut.
Diketahui, beberapa warga masyarakat berasal dari berbagai wilayah Kecamatan di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Saat ini, tenaga kerja ini sedang menunggu kapal laut yang hendak berlabuh di pelabuhan waikelo, Selasa (08/03/2022).
Seorang warga dari Desa Hamonggo Lele, Kecamatan Kodi, Oktavianus Mete menyebut keberangkatan ke tanah Sumbawa guna mengumpul uang untuk membangun rumah keluarganya. Ia mengaku pendapatan ekonomi keluarga dari hasil pertanian yang melemah di desanya memaksa dirinya harus berangkat sebagai tenaga panen jagung.
Oktavianus mengaku bahwa keberangkatan dirinya tidak mendapatkan pemaksaan dari pihak manapun. Melainkan inisiatif dirinya untuk berangkat ke tanah rantau tersebut.
“Tidak ada pemaksaan, ini kemauan saya sendiri dan atas ijin keluarga,” ngakunya.
Oktavianus menambahkan semua warga masyarakat yang berangkat ke Bima dan Sumbawa hanya membutuhkan KTP, KK, dan kartu vaksin. Serta diwajibkan Rapid tes. Sehingga ia menganggap admintrasi itu bisa ditanganinya. Namun, ada beberapa yang dicegal karena belum memiliki kartu vaksin kedua.
Oktavianus menjelaskan bahwa upah kerja sebagai tenaga kerja panen jagung akan disesuaikan dengan lahan pertanian. Menurutnya, warga yang ke sana akan dibagi dalam beberapa kelompok. Sehingga upah kerja satu kelompok jika mendapatkan lahan 1 hektar maka akan dibiayai dengan 3 juta. Jika lahan tanah perbukitan akan dibiayai 5-6 juta/hektar.
“Sampai sana kami akan mencari sendiri lahan jagung yang hendak dipanen, ada yang sudah dihubungi oleh kenalan sehingga mereka hanya siap kerja sesampainya di sana. Tidak, kami akan digaji sesuai luas lahan dan kami akan dibagi perkelompok, jadi kalau luas lahan semakin banyak pendapatan semaik besar,” jelasnya.
“Kami menunjukan kartu vaksin, saya bersama saudara 6 orang lainnya, ya, mau buat rumah sendiri. Sudah berkeluarga. Saat ini sedang menunggu kapal yang masuk untuk berangkat. Soal makan minum selama di perjalanan kami tanggung sendiri, sesampai di sana pemilik lahan yang akan sediakan penginapan dan makan minum,” tambahnya.
Senada dengan seorang masyarakata dari Desa Homba Pare, Kecamatan Kodi Utara Darius Engi Hiro, dirinya harus memilih berangkat dengan mengais rejeki di tanah rantau. Ia sudah dihubungi oleh kenalannya untuk siap kerja sesampai di Bima.
Darius mengaku keberangkatan dirinya guna menafkahi anak istrinya. Ia menyebut anaknya gagal melanjutkan pendidikan dikarenakan kekurangam biaya yang cukup tinggi dalam melunasinya. Sehingga Ia memilih bekerj sebagai pemanen jagung guna mendapatkan upah dalam menyekolahkan salah seorang anaknya yang masih dibangku SMP saat ini.
“Saya berngkat untuk bisa menyekolahkan lanjut anak saya yang masih SMP saat ini. Karena yang lain harus berhenti karena biaya hidup yang tidak cukup, jadi saya tidak mau lagi anak saya yang satu gagal juga,” harunya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh media ini, hampir semua tenaga kerja pemanen jagung dari SBD tidak memiliki kartu kuning dari Dinas Ketenagakerjaan (DISNAKER) lingkup kabupaten Sumba Barat Daya. (RIAN)