News

Memilih Untuk Tidak Memilih

×

Memilih Untuk Tidak Memilih

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Putus Cinta

Sudah beberapa kali perayaan Natal dan paskah, aku mendekam dalam penjara suci. Tertawan cinta pada sosok kekasih yang menangkapku tanpa sebuah alasan yang jelas. Aku bukan pencuri, bukan juga pembunuh berdarah dingin yang meracuni sesama dengan sianida yang mematikan.

Tidak. Aku hanyalah manusia yang lemah dan tak berdaya. Walau tubuhku berselimutkan jubah putih, tapi ada darah merah yang mengalir dalam dagingku. Aku juga bukan seorang malaikat. Semua orang tahu itu, tetapi nampaknya mereka tidak peduli lagi padaku.

“Apa yang kau lakukan disitu, Richard?,”

Aku tak mengatakan apa-apa. Sejujurnya aku masih sering dilanda diandra. Aku hanya berharap dapat mendaki sampai puncak.

“Keluarlah, kembalilah padaku! Bukankah kau masih mencintaiku?”

Tidak! Kau tidak tau apa yang kau katakan Maya. Cintaku kini berbeda. Cinta yang pernah bermuatan partikel perasaan dan hasrat untuk memiliki, telah melebur dalam satu konsep yang universal yang membiarkan kau bahagia dengan siapapun, kecuali diriku; namun mencintaimu dengan cinta yang lepas bebas.

“Maya, Lupakan aku. Kau harus bahagia dengan pilihan hidupmu.”

“Aku mencintaimu, Maya. Tapi panggilan hidup dan cinta kita berbeda. Aku tidak bisa memiliki keduanya. Api tidak pernah ada bersama air karena air akan memadamkan api”.

Tidak ada hamba yang setia pada dua tuan. Tidak ada cinta yang mengandung kebencian dan tidak ada kebencian atas dasar cinta. Bukan kebencian yang membuat aku meninggalkanmu.

Tuts..tuuts….”Hallo… hallo… dengan suara pelan dan berhati-hati”? Maya mematikan Handponenya.

Aku tak bisa tidur. Dia merajuk lagi. Apakah dia menangis? Aku menarik Laci meja, ada lukisan wajahnya disitu.

Sambil terbaring di tempat kamar tidurku, kutatapi lukisan wajahnya berulang kali, “Maya maafkan aku” aku akan tetap mencintaimu tetapi kamu harus menerima orang lain dalam hidupmu.

Aku tahu ini pilihan yang sulit, tapi kau memiliki kekuatan yang cukup untuk melewatinya. Kita pernah bersama dan aku mengenalmu sebagai wanita yang perkasa. Aku tak ingin kau berubah hanya karena kita berada di jalan yang berbeda.

Setiap sungai mengalir dan bermuara pada satu lautan yang sama. Cinta sejati tak mengikat. dia terus mengalir. Seperti lautan, kau harus menerimanya tanpa pamrih.

Aku mendaraskan doa dan mengucapkan selamat tidur pada Tuhan dan maya, menutup mataku. Kasur yang empuk membawaku kedunia yang berbeda. Didunia itu, Maya hanyalah sebuah bintang di langit yang tak bisa di jangkau.

Oleh : Laris Mataubana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *