NTT-NEWS.COM, Kefamenanu – Mahasiswa Universitas Timor (Unimor), Kefamenanu Timor Tengah Utara (TTU) merasa risih dengan kebijakan Panitia Pengabdian Mahasiswa pada Masyarakat (PMM) dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, yang menggelar kegiatan PMM itu di dalam Kampus.
Salah satu mahasiswa peserta PMM yang namanya tak ingin dipublikasikan ntt-news.com menyampaikan bahwa pihaknya sangat tidak setuju dengan keputusan lembaga itu yang memungut biaya PMM untuk setiap mahasiswa sebesar Rp 750 ribu, tetapi menyelenggarakan kegiatan untuk kepentingan kampus semata.
“Kami diwajibkan membayar biaya PMM, tetapi kegiatan PMM-nya dilakukan di dalam kampus, harusnya kegiatan itu dilakukan di Masyarakat, karena kegiatan tersebut merupakan pengaplikasian ilmu yang didapat di dunia kampus ke masyarakat,” kata mahasiswa yang tak ingin namanya disebut itu, Rabu (18/3) yang iakan beberapa mahasiswa lainnya di Kefa.
Dia juga merincikan bahwa setelah mahasiswa melakukan registrasi untuk PMM, para mahasiswa langsung dibagi dalam 12 kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 16 orang dengan biayakan makan minum yang diberikan pihak Unimor sebesar Rp 4.393.250,00 per kelompok.
Kembali pada masalah PMM, menurutnya, PMM tersebut merupakan pengaplikasian materi kuliah yang didapat di kampus kepada masyarakat umum, namun apa yang dilakukan oleh panitia kali ini berbeda dengan apa yag dilakukan pada mahasiswa sebelumnya.
“Panitia malah beralasan bahwa dana yang dikumpulkan mahasiswa untuk kegiatan PMM itu, akan dipergunakan untuk pembangunan Kampus dan jalan masuk ke FKIP (fakultas keguruan dan ilmu pendidikan), pembuatan pupuk bokasi dan penebasan rumput di halaman kampu,” ujarnya.
Namun masih menurutnya bahwa anggaran yang disebutkan panitia itu, sebenarnya telah teralokasikan melalui registrasi setiap mahasiswa, sehingga tidak ada alasan untuk memungut biaya dengan embel-embel apa pun.
“Kalau soal penebasan rumput di halaman kampus itu kan sudah menjadi tugas dan tanggungjawab dari cleaning service. Bukan mempekerjakan mahasiswa PMM,” katanya.
Soal pembuatan Pupuk Bokasi, para mahasiswa itu mengaku tidak berdampak kepada masyarakat, dan atas persoalan itu para mahasiswa meminta kepada Rektor Unimor agar tidak hanya memperhatikan kwantitas out put dari mahasiwa, namun memperhatikan juga kualitas dari mahasiswa agar mampu bersaing di masyarakat luas. (Peter)