Ntt-news.com, Kupang || Partai Golkar NTT terus menggelar program Golkar Academy, untuk mempersiapkan kader muda yang handal dalam bidang politik dan pemerintahan.
Kegiatan Golkar Academy hari ketiga Rabu (1/5/2024) menghadirkan pembicara Wakil Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini DPD I Partai Golkar NTT Frans Sarong dan Wakil Sekretaris Bidang Media dan Penggalangan Opini DPD I Golkar NTT Laurens Leba Tukan.
Dalam materinya, Frans Sarong menjelaskan bahwa tujuan dari program ini adalah melahirkan kader yang memiliki integritas, keberanian, serta kemampuan yang mumpuni dalam berbagai aspek kehidupan politik dan pemerintahan.
“Kader yang diharapkan haruslah memiliki wawasan yang luas, kepiawaian dalam bermasyarakat, berpolitik, dan berpemerintahan, serta dipercaya oleh masyarakat,” ujar Frans Sarong.
Mantan wartawan senior Kompas itu juga menyoroti pentingnya visi partai dalam memandu persiapan kader. “Visi Partai Golkar, mencakup terwujudnya masyarakat Indonesia yang bersatu, berdaulat, maju, modern, damai, adil, makmur, beriman dan berakhlak mulia, menjadi landasan bagi semua langkah yang diambil dalam program persiapan kader,” terangnya.
Lebih lanjut, Frans Sarong juga menekankan perlunya mengubah citra Partai Golkar yang selama ini lebih dikenal sebagai “Partai Orang Tua”.
Program Golkar Academy tidak hanya bertujuan untuk menyiapkan kader muda, tetapi juga untuk mengikis anggapan negatif tersebut dan menciptakan citra yang lebih modern dan bersemangat bagi partai.
Ia berharap agar program Golkar Academy dapat menghasilkan kader yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang memancarkan citra positif Partai Golkar di tengah masyarakat.
Wakil Sekretaris Bidang Media dan Penggalangan Opini DPD I GOLKAR NTT Laurens Leba Tukan menegaskan, menulis berita politik merupakan suatu upaya menyampaikan sebuah informasi maupun kabar, tentang sebuah kejadian atau peristiwa dalam bentuk tertulis.
“Sehingga pembaca berita dapat memahami segala sesuatu yang disampaikan dalam berita tanpa kesulitan serta tanpa adanya kesalahan tafsir,” ungkap Laurens.
Ia melanjutkan, agar apa yang disajikan dalam tulisan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan pembaca berita, tentu dalam menulis berita harus dapat memilih berita yang dapat menambah wawasan dan pengetahuan. Artinya, ada nilai edukasi yang tertuang dalam sebuah berita.
“Dalam menulis berita berdasarkan susunan teks berita yang telah disusun dengan prinsip 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, How) juga mengikuti kaidah jurnalistik. What: peristiwa apa yang terjadi, Who: siapa yang terlibat dalam peristiwa maupun kejadian tersebut, Where: dimana peristiwa maupun kejadian tersebut terjadi, When: kapan peristiwa maupun kejadian tersebut terjadi, Why: mengapa peritiwa atau kejadian tersebut terjadi dan How: bagaimana proses terjadinya peristiwa maupun kejadian,” tutur Laurens.
Ia menambahkan, seorang penulis berita yang baik dapat menuliskan sebuah berita dengan lengkap dan komunikatif.
“Tata Bahasa dan Kosokata
Dalam Penyusunan Kalimat sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam penyusunannya lebih baik menggunakan kalimat aktif dibanding kalimat pasif,” tutupnya.***Rafael
