NTT-News.com, WESEL – Petani padi sawah di Desa Tena Teke Kecamatan Wewewa Selatan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), kini kembali menanam padi di areah persawahan yang sudah selesai dibajak.
Pasalnya, harga pangan yang tidak kunjung stabil mengharuskan petani Wewewa Selatan terus giat bekerja demi ketersediaan pangan dalam keluarga.
Meskipun menghabiskan anggaran yang begitu banyak dalam proses pengerjaan sawah, namun bagi para petani Wewewa Selatan, hal itu tidak menjadi penghalang niat mereka dalam bekerja.
Seperti kata Amos Nono Bili, pada media NTT-News.com (10/05/23), dirinya menyebut bahkan menghabiskan Tujuh juta mulai penyemprotan obat herbisida, pembajakan, penanaman padi hingga proses pemupukan tanaman padi.
“Jadi awalnya itu sebelum bajak, kita semprot rumput dengan obat herbisida dulu, itu sudah menghabiskan uang 825 ribu dengan harga obat rumput yang saat ini suda 125 ribu. Harga bajak sawah sudah hampir dua juta, di tambah dengan biaya penanaman yang mencapai satu juta,” Ungkapnya.
Selain itu kata Amos, dalam pemupukan padi sawah hingga penyemprotan hamah malah mencapai tiga jutaan.
Baca Juga:Â B’Pung Petani Gagasan Bank NTT Siap Jadi Support Sistem Atasi Inflasi
“Dalam pemupukan juga itu, mencapai dua juta. Harga pupuk Urea dan NPK saat ini sudah 250 ribu, untuk sawah seluas satu hektar are ini saya gunakan sepuluh karung pupuk di tambah dengan penyemprotan obat-obatan hama pada tanaman padi,” Ungkapnya.
Amos menyebut, semua biaya itu merupakan swadaya petani sendiri bukan bantuan dari pemerintah.
Padahal ungkap Amos, dirinya mengharapkan sedikit sentuhan dari pemerintah bagi para petani agar dapat membantu meringankan biaya yang dibutuhkan pera petani.
Baca Juga:Â Masyarakat Wewewa Barat di Landa Hama Belalang, Petani; Kami Hanya Bisa Pasrah
“Semua biaya ini kami usaha sendiri, menjual hasil bumi untuk bisa membeli pupuk dan obat-obatan, kami petani berharap sedikit bantuan untuk mengurangi biaya, tetapi karena tidak ada kami usaha sendiri. semua petani kami di sini itu tidak ada yang dapat bantuan pupuk atau obat-obatan,” Ungkapnya dengan haru.
Jarak rumah Amos Nono Bili untuk sampai pada sawah miliknya pun hampir dua kilometer, jarak yang cukup jauh itu ungkap Amos harus dengan kendaraan bermotor agar cepat tiba.
Malahan kata Amos, karena jarak tempuh yang jauh itu dirinya memilih menginap di pondok kecil dekat dengan sawah.
Baca Juga:Â PSI NTT Berbagi dengan Petani Bhineka Tunggal Ika di Kabupaten Kupang
Selain itu, Sebut Amos, untuk mendapatkan hasil yang cukup memuaskan perlu perawatan yang cukup pada tanaman padi.
Tidak heran jika dirinya yang sudah paruh baya itu, memilih menginap di pondok kecil sederhana.
“Jarak dari rumah ke sawah itu dua kilometer, jadi harus dengan kendaraan roda dua biar cepat sampai di sawah, saya kadang lebih memilih menginap di pondok kecil agar bisa dekat dengan sawah, karena perawatan padi juga ini harus baik untuk mendapatkan hasil yang baik,” Kata Amos.
Baca Juga:Â Tidak Terduga, Official Sebut Tim Kuda Hitam Akan Segera Terdaftar Dalam Askot Kupang
Sebut Amos, hasil yang di peroleh saat panen pada beberapa bulan lalu mencapai hampir lima ton.
Dengan hasil panen yang cukup itu kata pria paruh baya itu, bisa menghidupi keluarga juga biaya sekolah anak yang masih di bangku sekolah.
“Hasil panen bukan kemarin itu hampir lima ton, ya bisalah menghidupi keluarga sisanya kami gunakan untuk biaya dan kebutuhan sekolah anak yang masih sekolah,” Tutupnya. (GUSTI)