NTT-News.com – Valentine Day, 14 Februari merupakan hari yang penuh polemik untuk saling mengingatkan agar selalu saling mengasihi, baik dalam pergaulan, lingkungan kerja, terlebih lagi dalam keluarga.
Karena tentunya manusia diciptakan tidak hanya dengan nafsu, tapi juga dengan akal budi dan hati untuk saling mengasihi dengan sesamanya manusia, kita bisa memetik nilai positif hari valentine untuk menjadi momentum dalam hal saling mengingatkan dan saling mengasihi.
Baik dalam lingkup pergaulan, lingkungan kerja, terlebih lagi dalam keluarga yang sesuai dengan norma budaya.
Hal ini bisa dilakukan dengan menyatakan kasih kepada orang-orang terkasih, seperti pasangan, keluarga, dan teman sebaya melalui kartu ucapan, coklat, bunga, boneka, atau makan malam bersama.
Menunjukkan kasih sayang adalah hal yang baik, tetapi lebih baik lagi jika tidak dilakukan hanya pada tanggal 14 Februari. Karena sudah jelas kita bisa berbagi kasih sayang setiap hari, kepada keluarga, teman, sahabat, dan orang-orang disekitar.
Kita bisa menunjukkan kasih sayang dengan berbagai cara, misalnya berkumpul bersama keluarga, menyediakan waktu untuk sahabat, memberi perhatian pada mereka, dan lain-lain. Sudah seharusnya kita melakukan itu setiap hari, agar hari-hari yang kita lewati selalu berwarna.
Sesuatu Akan Buruk Apabila Dipandang Buruk.
Dengan begitu banyaknya pandangan buruk mengenai Hari Valentine, lama-kelamaan akan terbentuk di pikiran masyarakat bahwa berbagi kasih adalah sesuatu yang buruk.
Benar apabila berbagai pihak ingin membatasi pergaulan yang tidak baik di kalangan remaja, namun tidak menjadikan hari kasih sayang sebagai penyebab dari adanya pergaulan buruk tersebut.
Pendidikan mengenai sikap dan pergaulan yang baik bagi anak remaja seharusnya ditekankan tiap saat, tak hanya pada satu hari, dan tidak dilakukan dengan demo atau aksi penolakan.
Seharusnya hari kasih sayang tidak dikonotasikan sebagai sesuatu yang buruk. Negeri ini sudah terlalu jauh dari kasih sayang. Setiap orang seolah saling menyakiti. Para pejabat menyakiti masyarakatnya dengan korupsi, para suami dan istri saling menyakiti dengan perselingkuhan, dan lain sebagainya.
Hari kasih sayang seharusnya menjadi momentum untuk saling mengingatkan untuk tetap saling mengasihi, baik dalam pergaulan, lingkungan kerja, terlebih lagi dalam keluarga.
Karena tentunya manusia diciptakan tidak hanya dengan nafsu, tapi juga dengan akal budi dan hati untuk saling mengasihi dengan sesamanya manusia, namun belakangan ini, hari valentine diidentikkan sebagai hal-hal yang berbau seksualitas.
Berbagai postingan di media sosial berlomba-lomba untuk melarang perayaan hari valentine ini. Bahkan ada sebagian orang berpikir bahwa merayakan valentine dapat mengarahkan ke hubungan yang di luar pernikahan.
Meski benar ada faktanya dari berbagai media, namun hal tersebut tidak semestinya terus-menerus, melainkan harus dicari solusi efektifnya agar stigma buruk ini bias diatasi dan alangkah baiknya peran dari berbagai pihak tersebut mengajarkan dan menekankan soal pendidikan mengenai sikap dan pergaulan khususnya pada anak remaja agar kelak tidak menjadikan hari valentine sebagai penyebab dari adanya pergaulan buruk tersebut.
Oleh : Sanbein S Deni