NTT-News.com, SBD – Sampah menjadi masalah setiap tahun disetiap wilayah Kabupaten/Kota yang butuh perhatian khusus dari pemerintah setempat guna menciptakan daerah yang bersih. Seperti yang yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT), ketika melalui jalan penghubung antar kota/kabupaten itu tercium aroma tak sedap. Sebab, ceceran sampah organik memenuhi bahu jalan tersebut.
Melihat situasi itu, memunculkan perspektif masyarakat yang bervariasi dalam mengomentari akan pemandangan tak sedap ketika hendak melalui akses jalan di Hutan Watukagorok tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh seorang Mahasiswa dari Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Weetebula, Lukas Gege bahwa tumpukan sampah yang di bahu jalan penghubung Kota/Kabupaten itu sangat mengganggu kenyamanan pengendara roda dua maupun empat. Sebab, ada aroma tidak sedap ketika melalui jalan itu. Dirinya menyayangkan sikap oknum yang tidak bertanggung jawab dalam membuang sampah sembarangan. Padahal, lagi kata dia, jalan itu juga akan dilalui keluarganya.
“Tadi saya baru dari Waitabula menuju Waimangura, sampai di hutan watukagorok itu, saya merasa ada yang tidak segar. Ternyata, di bahu jalan ada saja sampah yang berceceran. Entah itu bangkai atau apa, saya juga kurang tahu, intinya baunya tidak sedap,” kata Lukas ketika dihubungi NTTnews.com, Minggu (16/01/2022).
Disisi lain, Lukas juga mengkritisi sikap pemerintah setempat yang lalai dalam menyiapkan tempat pembuangan sampah di Kabupaten Sumba Barat Daya. Menurutnya, kalau Pemda sudah menyediakan bak penampungan sampah, masyarakat akan membuang pada tempat itu. Ia mencontohkan dibeberapa kabupaten lainnya yang menyediakan bak penampungan sampah disetiap tempat fasilitas umum atau pun di tempat-tempat yang dianggap rawan sampah.
“Coba kita lihat dibeberapa Kota/Kabupaten lainnya, sudah disediakan bak penampungan sampah disepanjang tempat yang dianggap rawan sampah. Ketika bak penampung itu penuh, petugas kebersihan pun tidak kewalahan dalam mengangkutnya untuk dibuang pada tempat pembuangan terakhir,” ujar Lukas yang juga aktivis GMNI DPC SBD itu.
Dirinya berharap supaya pemerintah setempat dapat memantau kebersihan daerah, serta menyediakan bak penampung sampah. Selain itu, ia juga berharap supaya pemerintah setempat bisa memberi sangsi kepada oknum yang sudah tidak bertanggung jawab dalam membuang sampah sembarangan. Lukas juga menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tertib dalam membuang sampah.
“Semoga pemerintah segera menyediakan bak penampung sampah, kalau bisa, di bahu jalan huta Watukagorok itu disiapkan satu atau dua bak penampung sampah karena disitu tempat yang rawan sampah. Saya juga menghimbau agar kita secara bersama-sama dalam menertibkan sisa-sisa samoah organik, atau tidak kita bakar saja, sehingga tidak menyebabkan pencemaran lingkungan,” harapnya.(Rian)