_____mengenang Ahmadin______
Singgasana Ayah berbaris rapi diikuti Kakek dan Nenek
Dedaunan kelapa merunduk miring sedepa di atas ubun-ubun
laksana payung yang menyambut kedatangan
Saat sinar matari tersangkut rimbun ranting dahan Kokoa
Sembari bersimpuh memanjatkan segempal doa
Mengulik panjang lekuk terpelanting ganas kehidupan sepeninggal Ayah
Ayah.. Benarkah dongeng murahan itu ? Bahwa engkau masih senantiasa mematai ku?
Benarkah?
Sebagai pecundang aku takpernah bersedih apalagi harus sampai meneteskan air mata
sekali-kali tidak!!!
Ayah.. kerinduan ku pada mu tak bisa ditawar meski kau cabutkan “parang ia” yang telah menjadi Pulau Ende di hadapan ku sekalipun.
Oleh: Irfan Limbong