
NTT-News.com, Mbay – Sepak bola memang harus diakui memiliki daya tarik tersendiri. Ia mampu menyatukan kelompok yang berbeda dari segala sisi. Berbenturan fisik dan adu skill di lapangan, adalah hal biasa yang kadang cukup memacu adrenalin pemain maupun penikmatnya.
Tak kalah antara sesama pemuda di Desa Aeramo yang berbeda keyakinan, berbenturan fisik adalah bagian dari bentuk komunikasi dan toleransi. Pasalnya, bola tak pernah mengenal perbedaan dan usia, karena dia mampu menyatukan semua orang.
Turnamen sepak bola antar umat beragama di Desa Aeramo merupakan salah satu bukti nyata akan tingginya kekerukanan dan toleranasi antar umat beragama yang ada di daerah itu.
Saat beradu skill, untuk mempertahankan atau merebut bola dari kaki pemain lawan itu adalah bagian dari ibadah. Sebab sepak bola merupakan salah satu jenis olahraga yang menjunjung tinggi sportifitas.
“Orang Aeramo itu damai, rukun diantara sesama pemeluk agama. Turnamen sepak bola antara umat beragama ini sudah berlangsung setiap tahun,” tegas panitia Turnamen sepak bola, Haris Aja kepada NTT-News.com, di lapangan Yosudarso Aeramo, Kamis (27/12/2018).
Salah satu pemuda Aeramo, Jois Dando menjelaskan untuk sebuah turnamen sepak bola, apalagi antar umat beragama dalam rangka menyongsong natal dan tahun baru, bukanlah waktu yang singkat. Sebuah pertandingan tentunya akan memiliki pemenang, namun hadiah untuk menjadi sang juara bukanlah target utama.
Membangun kebersamaan dan menjalin komunikasi yang harmonis merupakan nilai utama yang hendak dipelihara oleh para pemuda-pemuda Aeramo, dan orang Muda pula sebagai panitia penyelenggara turnamen itu.
“Ide untuk menyelenggarakan turnamen sepak bola pada mulanya mendapat tantangan dari sejumlah pihak. Kami dari pemuda Aeramo mencetuskan ide untuk turnamen sepak bola antar umat beragama itu memang mendapat tantangan,” tuturnya.
Dia tuturkan, bahwa keyakinan tidak bisa memisahkan hubungan kekeluargaan dan kerukunan bagi orang Aeramo, toleransi dan kerukunan antar umat akan tetap terpelihara dengan baik. Perberbedaan keyakinan memang tidak bisa dipungkiri di mana-mana, dan semua orang bebas beribadah sesuai keyakinannya di rumah ibadahnya masing-masing.
Namun ketika bola memanggil, semua pemuda akan berkumpul dari berbagai keyakinan didalam sebuah rumah ‘ibadah’ yang disebut lapangan hijau setip sore hari.
Melalui sepak bola yang diselenggarakan sebagai bagian merayakan Natal dan tahun Baru bersama antar pemuda, pada hakekatnya untuk mempererat keharmonisan dan toleransi antar pemuda dan umat beragama.”Aeramo itu sangat harmonis, baik karena ada hubungan kawin-mawin dan persahabatan lewat bola,” ujarnya.
Dia tegaskan bahwa saling menghargai dan menghormati antar umat bergama yang terjalin baik selama ini harus tetap dijaga. “Bermain bola di lapangan dengan soprtif itu adalah bagian dari ibadah. Mari kita menjaga kerukunan dan toleransi antar umat beragama,” tandasnya. (Nasan)