Rekonstruksi Perjuangan Dalam Spirit Kepimimpinan Perempuan

0
277
Sovia Malelak- De Haan dan para Kartini Kabupaten Kupang
Sovia Malelak- De Haan dan para Kartini Kabupaten Kupang
Sovia Malelak- De Haan dan para Kartini Kabupaten Kupang

NTT-News.com, Oelamasi – Momentum hari Kartini perlu dimaknai sebagai sebuah proses untuk merekonstruksi perjuangan dalam spirit kepimimpinan perempuan. Hal ini ditandaskan Dra. Sofia Malelak-De Haan kepada wartawan di kediamannya, Kamis, (21/04) kemarin.

Menurut tokoh perempuan, sekaligus Anggota DPRD Kabupaten Kupang ini, perjuangan perempuan dalam membangun sebuah rekonstruksi sosial yang adil gender harus terus dikawal sebab, di dalamnya terdapat penghargaan terhadap hak asasi manusia yang perlu ditegaskan dan diwujudkan secara jujur terhadap semua manusia baik laki-laki maupun perempuan.

“Pembangunan konstruksi sosial yang adil gender, merupakan sebuah keharusan. Sebab, proses peminggiran perempuan akibat ketidakadilan gender lahir dari konstruksi sosial itu sendiri,” jelasnya.

Perempuan menurutnya, cenderung dijadikan subordinat dari laki-laki, akibatnya selama turun-temurun terbelenggu dalam urusan-urusan domestik rumah tangga sehingga perlu dibangun ruang bagi perempuan untuk mengembangkan kapasitas termasuk kepimimpinan.

“Keterbelengguan ini telah membuat banyak perempuan kehilangan spirit untuk berjuang di ranah publik dalam rangka pemenuhan hak sipil, ekonomi dan politik,” tukasnya

Pada tataran ini, perempuan merasa bahwa semua ruang dan kebijakan yang ada, telah dibangun secara tidak adil sehingga perempuan tetap saja dipinggirkan. Walau begitu katanya, masih ada banyak kaum hawa memilih untuk terus berjuang dalam pusaran arus patriarki yang masih kuat.

Hal ini menunjukan bahwa perempuan bisa, mampu dan memiliki kapasitas untuk melakukan perubahan menuju masyarakat yang menghargai hak-hak setiap orang. “Hadirnya perempuan di lembaga legislatif, eksekutif, yudikatif menunjukan bahwa perempuan memiliki kapasitas untuk menjalankan sebuah tanggungjawab,” tuturnya.

Menurutnya, perjuangan Kartini telah membawa kaum hawa keluar dari kemiskinan, kebodohan, dan hegemoni kolonialisme asing. Perjuangan ini dilakukan Kartini secara terintregrasi dalam upaya merekonstruksi spirit emansipasi atau keseteraan gender.

“Spirit emansipasi ini menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak dalam berbagai dimensi kehidupan. Karena itu, perayaan hari kartini pada 21 April ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali semua capaian perjuangan dalam melahirkan kepimpinan masa depan sesungguhnya,” tandas Direktur Yayasan Alfa Omega ini. (George)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini