NTT-News.com, Kupang-Nutrition International dan Save the Children, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan,Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Timur(NTT) dan Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation), melalui Program Better Investment for Stunting Alleviation (BISA), hari ini (09/09) menyelenggarakan kegiatanPelatihan untuk para Pelatih, sebagai bagian dari rangkaian Penguatan Kapasitas Tingkat Provinsi, tentang pengelolaan rantai pasok komoditas gizi.BISA merupakan proyek terpadu gizi spesifik dan gizi sensitif. Proyek ini didanai oleh Pemerintah Kanada, Pemerintah Australia melalui DFAT,dan the Power of Nutrition, untuk mendukung program nasional pemerintah untuk penurunan stunting.
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari yaitu tanggal 09 – 11 September 2021 bertempat di Hotel Kristal, bagi pegawai Dinas Kesehatan dan pegawai Puskesmas dari Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengelolaan rantai pasok komoditas gizi, seperti suplemen Tablet Tambah Darah (TTD) yang berisi zat besi dan asam folat untuk ibu hamil dan remaja putri; kapsul Vitamin A, Oralit dan zink, serta tablet kalsium di masing-masing unit layanan kesehatan.
Peserta yang terlibat secara luring dalam kegiatan ini berjumlah23orang, terdiri dari lima pegawai Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, 16 orang pegawai Dinas kesehatan Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Utara, dan dua koordinator provinsi dan kabupaten dari Nutrition International. Dan peserta yang terlibat secara daring sebanyak delapan orang dari Nutrition International dan Save the Children. Setelah kegiatan ini peserta akan menjadi fasilitator/pelatih untuk melatih pegawai puskesmas di kabupaten masing-masing melalui kegiatan pelatihan terapan.
Maternal and Child Nutrition Advisor Proyek BISA,Tutut Sri Purwanti dalam sambutannya mengatakan bahwa, berdasarkan temuan di lapangan terdapat satu dari dua ibu hamil di Indonesia termasuk di NTT yang mengalami anemia, dan ini sebenarnya bisa diatasi dengan pemberian tablet tambah darah (TTD). Selain itu, kasadaran masyarakat masih rendah untuk membawa anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan agar mendapatkan layanan optimal sesuai standar, seperti tatalaksana diare balita dengan Oralit dan zink, melanjutkan pemberian ASI, pemberian antibotik hanya atas indikasi atau diberikan secara selekti, serta pemberian nasihat kepada bu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita.
Lebih lanjut, Purwantimenjelaskan bahwa fokus dari Program BISA adalah penguatan sisi pelayanan kesehatan dan gizi, serta pemberdayaan masyarakat dengan mempromosikan perubahan perilaku berkaitan dengan asupan gizi. Kegiatan Penguatan Kapasitas Manajemen Rantai Pasok Pengelolaan Komoditas Gizi ini diharapkan:
1) Petugas pengelola komoditas gizimemahami konsep perencanaan kebutuhan komoditas gizi dengan menggunakan tiga sumber data yaitu data target, data pelayanan dan data konsumsi untuk memperkirakan kebutuhan yang akan datang;
2) Petugas pengelola komoditas gizi bisa menerapkan sistem manajemen inventaris sehingga ketersediaan stok komoditas gizi dapat dikendalikan dan tidak terjadi kekosongan stok;
3) Petugas pengelola bisa menerapkan pasokan ulang secara rutin dengan menggunakan data dan jadwal yang telah ditentukan dan dengan menggunakan rumus yang baku;
4) Petugas pengelola dapat melakukan penerimaan, dan penyimpanan komoditas gizi sesuai dengan SOP yang ada.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Provinsi NTT dr. Meserasi D.P Ataupah, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Iwan M. Pellokila S.Sos mengatakan, bahwa Pemerintah Provinsi NTT berterima kasih kepada Nutrition International, Save The Children dan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga) karena melalui Program BISA ini dapat membantu Visi dan Misi Gubernur NTT untuk mencegah lahirnya stunting-stunting baru di NTT.
Ataupah menjelaskan bahwa,perkembangan prevalensi stunting di Provinsi NTT sendiri jika dilihat dari tahun 2013 trennya menurun. Tahun 2013 dengan persentase 51,7%, tahun 2018 menurun menjadi 42,6%, tahun 2019 menurun menjadi 27,67%, tahun 2020 menurun menjadi 24,2% dan 2021 menurun menjadi 23,30%. Walaupun prevalensi stunting-nya menurun namun angkanya masing tinggi. Penyebab utama stunting di Provinsi NTT bersifat multidimensional, tidak hanya kemiskinan dan akses pangan, tetapi juga pola asuh dan pemberian makan pada balita. Jika dilihat tren persentasi status gizi balita di Provinsi NTT berdasarkan sumber data EPPGM terjadi penurunan balita stunting di NTT selama tiga tahun berturut-turut dari tahun 2018 hingga Februari 2021 dimana rata-rata penuruan setiap tahun sebesar 3%. Tahun 2018 sebesar 35,4%, tahun 2019 sebesar 30%, tahun 2020 sebesar 24,2% dan Februari 2021 menjadi 23,2%.
Lebih lanjut, Ataupah mengatakan pencegahan stunting memerlukan intervenzi gizi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif dimana hal ini tertuang dalam 25 indikator program pencegahan stunting. Melalui Program BISA yang diinisiasi oleh Nutrition International, Save The Children, dan kerjasama dengan Dinas Kesehatan,Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, program ini memprioritaskan empat program utama, yaitu suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi ibu hamil, suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri, suplementasi Vitamin A pada balita dan pemberian Oralit dan zinkpada pengobatan balita diare. Seluruhnya merupakan bagian dari intervensi gizi spesifik yang direkomendasikan secara global yang kemudian diadopsi oleh Pemerintah Indonesia. Mengakhiri sambutannya, Ataupah mengharapkan agar Program BISA dapat direplikasi di kabupaten lain di Provinsi NTT.
Dalam kegiatan ini yang bertindak sebagai narasumber antara lain pegawai Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT dari Bidang Pelayanan Kesehatan Seksi Gizi, UPTD Pelatihan Tenaga Kesehatan, Bidang Pengendalian Penyakit Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Bidang Pelayanan Kesehatan Seksi Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam penyelenggaran kegiatan semua peserta, narasumber dan panitia menerapkan protokol kesehatan secara ketat termasuk negatif rapid test antigen.(Rian)