Opini : Etika dalam Ibadah Online

0
371
Oleh : Grandy Umbu Endalu Radandima

Pada hari Sabtu, 16 Mei tepatnya pukul 17.00-19.00 WIB berlangsungnya diskusi online dengan topik “Etika Dalam Ibadah Online” bersama dua narasumber Pdt. Naftali Untung (Dosen STT Bethel Indonesia) dan Ang Wie Hay (Praktisi IT & Teknologi dari Singapura). Jalannya acara di pimpin oleh moderator Pdt. Sufriadi Mei Suhendra (Ketua Bidang Persekutuan & Kerohanian DPP GAMKI).

Saya membagi hasil refleksi ikut serta dalam diskusi online tersebut, bahwa kehadiran teknologi dalam mengembangkan nilai spiritual saling mendukung dan tidak bisa dilepas pisahkan. Mengingat jaman sekarang tidak bisa dipungkiri kehadiran teknologi sangat berkembang pesat dan cepat, apalagi ditengah kondisi pandemic Covid-19. Dimana jaman saat ini mengantar akan dukungan pada generasi milenial yang mayoritas melek teknologi dan penggunaan teknologi hampir pada setiap sektor bidang kehidupan manusia saat ini.

Hal ini, tidak terlepas dengan kondisi saat ini dimana dunia sedang menghadapi masa Pandemi Covid-19 yang menghimbau kepada masyarakat untuk stay at home, physical distancing, & social distancing. Keadaan ini memacu untuk mengharuskan seluruh aktivitas masyarakat melalui online. Tentunya keadaan dan tindakan yang baru saat ini, mengantarkan kita pada kebiasaan yang baru (wajib ibadah online).

Ang Wie Hay mengatakan gereja harus mampu menciptakan spiritual melalui online, karena kebanyakan hal-hal tidak baik, banyak terjadi di media online. Hal ini mengingatkan gereja agar membuka diri pada keadaan yang terjadi dan mampu menyesuaikan keadaan demi menyelamatkan masyarakat, generasi milenial.

Menjadi perdebatan ketika gereja dituntut melakukan aktivitas online atau offline! Mayoritas setuju bahwa menumbuhkan spiritual seperti melakukan pemuridan dan penginjilan lebih efektif offline face to face dibandingkan online, karena tidak bisa dipungkiri pada saat melakukan ibadah online menumbuhkan spiritual banyak godaan yang menjebak kita untuk tidak fokus seperti : game online, nonton film, dan membuka media sosial lainnya.

Ketika peran kita lebih aktif pada dunia maya, maka kita akan terjebak dengan kepalsuan edit yang terjadi di dunia maya. Selain itu juga kita kurang merespon kasih dan harapan penumbuhan iman, karena batin kita akan rasa kurang menyentuh berbeda dengan dunia nyata dan maya. Akan tetapi Pdt. Naftali Untung, menyampaikan bahwa kehadiran teknologi sebagai sarana untuk mendukung kinerja gereja dalam ibadah, dan tidak bisa merubah esensi nilai spiritual dari beribadah itu sendiri.

Sehinggap dilakukan edukasi terus menerus dan efektif akan etika penggunaan teknologi dalam ibadah online. Serta gereja harus di dukung dan mempersiapkan tenaga dan SDM akan penguasaan dalam pengelolaan Teknologi Informasi Multimedia dalam mendukung kinerja-kinerja dalam dunia nyata maupun maya.

Pelayanan ibadah dalam dunia maya sangat penting pada generasi milenial saat ini dan bila mendukung, selain melakukan ibadah face to face (nyata), melakukan ibadah online juga agar masyarakat yang menggunakan teknologi bahkan melek teknologi dapat menyadari serta menumbuhkan spiritual iman mereka. Sehingga terciptanya generasi milenial yang profesional beretika dalam penggunaan online secara positif dan tepat.

Keadaan terkini menuntut kita agar lebih kreatif dan inovasi. Ang Wie Hay mengatakan terkadang melakukan ibadah online cukup membosankan, maka kita harus kreatif dalam membuat konten-konten menarik dengan tidak menghilangkan substansi dan esensi spiritual. (*/rey)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini