Melirik Upacara “Kurban” Suku Umadatok di Asora

0
191
Ritual dalam rumah adat
Ritual dalam rumah adat
Ritual dalam rumah adat

NTT-NEWS.COM, Atambua – Beda wilayah beda tradisinya, itulah kalimat yang paling tepat untuk mengungkapkan tradisi yang berlaku di Rumah Adat suku Umadatok di Asora, Desa Bakustulama, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu yang kekhasan dan keasliannya masih dijaga dan dilestarikan hingga sekarang ini.

Jarak tempuh untuk mendapati rumah adat ini hanya 25 Kilo meter dari pusat Kota Atambua. Tempat ini mudah ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan.

Di rumah adat suku Umadatok ini, setiap 30 Tahun sekali dilakukan upacara kurban dengan memotong seekor sapi jantan serta memperbaiki kerusakan-kerusakan yang ada di rumah adat tersebut.

“Dalam melestarikan budaya adat kami, setiap 30 tahun sekali kami melakukan upacara adat untuk memperbaiki atap dan dinding serta tiang rumah adat yang rusak,” ungkap Yoseph Berek, Kepala Suku Umadatok saat ditemui wartawan, sabtu (07/11).

Adapun tujuan dalam upacara kurban ini untuk memperarat hubungan antara putera-puteri suku Umadatok dan meminta berkat kepada leluhur agar apa yang dikerjakan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.

“Upacara adat ini untuk meminta matak malirin (berkat), agar apa yang kita kerjakan bisa mendapatkan hasil yang memuaskan serta mempererat kebersamaan antara feto oan mane oan,” pungkasnya.

Salah satu kandidat Calon Bupati Belu, yang merupakan mantan Kepala Bappeda Belu, Falens Pareira yang dihubungi terpisah mengatakan, bahwa rumah adat yang ada di Kabupaten Belu harus dijaga, dengan begitu Budaya dari semua suku di daerah itu akan tetap terjaga.

“Pembangunan daerah juga harus melihat budaya dan tradisi, karena budaya kita unik dan budaya kita adalah aset dalam dunia wisata budaya, sebab budaya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD),” katanya. (Peter)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini