NTT-News.com, Kupang – Mendengar nama Sabu Raijua, yang muncul di benak kita pasti tentang daerah yang kering dan tandus. Di daerah tersebut, kala itu memang hanya pohon lontar yang lebih banyak menghiasi wilayah itu. Tetapi dimasa kepemimpinan Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome yang akrab disapa Matade oleh warganya itu, mampu mematahkan stikma daerah tandus dengan berbagai inovasi.
Marthen memang layak disebut Sang Inovator Pembangunan, pasalnya, Sabu Raijua yang dikenal sebagai daerah kering disulapnya menjadi daerah yang berkelimpahan air dan bahkan Ia sedang membangun sebuah perusahaan air kemasan. (Jika tak ada aral maka tanggal pada 17 Agustus 2016 ini Pabrik Air Kemasan yang diberi nama OASA itu akan diluncurkan).
Embung Guriola di Desa Raenyale, Kecamatan Sabu Barat, yang sebelumnya mendapat penolakan keras dari warga. Ia ngotot untuk tetap membangun, Alhasil Oase (sumber air dan pepohonan yang bisa hidup di lingkungan keras) dan nikmati oleh warganya. Dia sang inovator yang tahu bahwa daerah itu suatu saat akan menjanjikan kehidupan bagi warganya.
Saat ini, Guriola sangat berbeda dengan tempat lain yang mulai terlihat tandus digilas musim kemarau. Tetapi di sekitar Embung Guriola yang pernah menjadi polemik itu, menghijau dengan tanaman hasil pertanian dari warga yang dulu menolok, dan sekarang menjadi dicintai.
Selain menghidupkan tanaman pertanian warga, Guriola sebagai embung pertama di Sabu Raijua yang bisa menyimpan air dalam kubikasi yang cukup besar itu, saat ini juga menjadi tujuan banyak orang di Sabu Raijua untuk berwisata. Luar biasa, bukan?
“Banyak orang yang datang ke embung dan mereka goyang-goyang kepala melihat air yang begitu banyak dan itu menjadi motivasi bagi kami. Pak Bupati malah menantang kami agar menanam sebanyak-banyaknya dan beliau akan membantu kami dengan berbagai bantuan. Sekarang tidak ada lagi yang duduk-duduk di rumah kalau pagi atau sore hari. Semua pasti ada di kebun untuk bekerja,” ungkap Kepala Desa Rainyale kala itu.
Marthen Dira Tome adalah sosok yang benar-benar berpikir, berjuang dan bekerja untuk rakyatnya. Marthen ditantang karena ketidaktahuan akan manfaat Guriola, Marthen pun tetap keras kepala untuk membangun. Dia tahu tentang hal baik itu, bahwa suatu akan dinikmati oleh anak cucunya. Dan bukan hanya Guriola saja, embung-embung berskala kecil pun telah dibangun dengan Alokasi anggaran dari APBD Kabupaten Sabu Raijua sebesar Rp50 juta untuk setiap embung dengan pola swakelola.
Setelah sukses membangun Guriola dan embung-embung kecil lainnya, tahun 2016 ini dirinya sedang berjuang untuk membangun 400 embung lagi. Karena menurutnya, Sabu Raijua adalah satu dari enam kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sering kekeringan akibat minimnya curah hujan, oleh karena itu, air yang turun dari langit harus dibuatkan wadah untuk menampungnya sehingga tak ada lagi air hujan yang mengalir sia-sia ke laut.
Setelah semuanya tercapai, dirinya menegaskan agar semua warga di daerah itu wajib melakukan penghijauan dengan menanam pohon di sekitar embung-embung yang telah dibangun, sehingga bisa menjaga ketersediaan air baku. “Kalau sudah ada embung, tidak ada alasan bagi petani untuk tidak menanam,” tutur Marthen belum lama ini.
Setelah sumber air semakin banyak, kini Ia mulai menerapkan panen padi berbasis teknologi. Sebut saja pada Minggu, (24/7/2016) baru-baru ini, Marthen melakukan panen padi yang menggunakan sistem Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) di Embung Maarepunoa Kecamatan Lia. Dengan sistem IPAD-BO ini petani bisa menghemat air dan hasil produksi gabah meningkat dari biasanya.
“Sudah saatnya kita melakukan restorasi pertanian di daerah ini lewat berbagai teknologi termasuk IPAD-BO. Kita tidak bisa pungkiri bahwa sistem pertanian kita yang tradisional tidak bisa meningkatkan hasil produksi,” kata Dira Tome disela-sela panen bersama petani.
Tak hanya soal pembanguan Embung, Marthen juga membangun Industri Garam rumah tangga. Pada tanggal 19 Juni 2016 lalu Sabu Raijua sukses mengirim 1.800 ton garam melalui kapal Tol laut pemerintahan Jokowi. Dari jumlah 1.800 ton itu masih tergolong sedikit sehingga Marthen berharap suatu saat kapal tol laut untuk mengangkut garam dari Sabu Raijua disediakan yang berkapasitas besar.
Nah, setelah berbuat banyak hal untuk mensejahterakan rakyatnya di Sabu Raijua, kini Marthen ingin mengabdi dan merubah NTT (Nusa Tenggara Timur) yang kerap disebut Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong, dan lain-lain dengan berani melangkah menatap Pilkada Gubernur NTT pada tahun 2016 mendatang. (N2)