NTT-NEWS.COM, Atambua – Keluarga korban Emanuel Vinsen Loe yang diduga dibunuh sangat kecewa dengan kebijakan yang diambil pihak RSU Atambua, dimana awalnya sudah ada persetujuan antara pihak rumah sakit dan keluarga untuk melakuka Ronseng terhadap korban, namun akhirnya pihak RSUD tidak menindaklanjuti kesepakatan tersebut.
“Kami keluarga sangat kecewa dengan kebijakan yang diambil pihak Rumah Sakit Umum Atambua yang tidak mau melakukan rontseng terhadap anak kami padahal lehernya patah, kami duga anak kami dibunuh,” ungkap Paulus Mau Iki, saat menemui wartawan Baukuek, Sabtu (14/11) lalu.
Paulus menjelaskan, sebelumnya itu pihak keluarga sudah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit untuk visum dan ronseng namun pihak rumah sakit memilih untuk mengatopsi korba walau awalnya pihak rumah sakit sudah mengiyakan untuk melakukan ronseng terhadap korban.
“kami sudah omong dengan dokter untuk melakukan visum dan ronseng, dokter sudah mau untuk ronseng namun akhirnya dokter tidak mau lagi dan dokter mau untuk atopsi,” lanjut Paulus.
Korban juga selama ini tidak pernah menderita penyakit asma, lanjutnya, kecuali sering mengelu sakit lambung. “Manuel tidak sakit asma, kecuali lambung. Dia mete saja sampai minggu masih bisa,” tuturnya.
Seperti diketahui, korban Emanuel Vinsen Loe ditemukan tak bernyawa di hutan Buanurak Desa Halimodok, Kecamatan Tasifeto Timur Kabupaten Belu. Diduga, korban meninggal dunia karena dianiaya sehingga leher korban patah dan kepala bagian belakang (sekitar telinga) mengalami luka tusukan sebanyak empat kali yang diduga ditusuk dengan tajam seperti paku. (Peter)