
NTT-News.com,Kefamenanu– Malambungnya harga telur yang sangat tinggi, pedagang di pasar rakyat II Kefamenanu, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, memilih tidak jual karena merasa rugi.
Pejual mengaku naiknya harga telur ini membuat pelanggan pembelinya berkurang bahkan tidak ada pembeli.
Pantauan media ini, (14/1/21) di kios pedagang yang terjual sembako lainnya sedangkan telur, hanya rak telur kosong yang terpajang di kios.
Informasi yang dihimpun media ini harga telur yang sebelumnya Rp. 300 ribu kini melonjak naik hingga Rp. 400 ribu rupiah. Semenatara untuk per-rak sebelumnya Rp. 50 sampai 55 ribu rupiah kini melonjak naik hingga Rp.75 ribu.
Salah satu pedagang di Pasar Rakyat II Dedi Ferdian Mengatakan, untuk penjulan telur dirinya berminat dan sering menjual, namun dengan naiknya harga telur yang sangat tinggi, dirinya sudah sepekan tidak menjual pasalnya sepi pembeli yang membuatnya rugi.
“Saya kepingin jual telur, cuman telur ini saya jual bukan permasalahannya kita tidak bisa beli, harganya sekarang Rp. 400 ribu sedangakan langganan saya beli tiga Rp. 5 ribu berarti besok kalau saya kasi dia harga per butir Rp. 3 ribu otomatis dia kaget, jadi barang ini tidak laku, sudah lain kali saja mas dia (pelanggan) bilang. Jadi telur saya taro begini terus otomatis dia rusak dan saya rugi, ” jelasnya.
Pada kesempatan dirinya mengatakan, dengan harga yang belum stabil ini ia memilih untuk sementara tidak mau menjual telur.
Diakatakan harga telur Per-ikat sebelumnya Rp. 300 ribu kini melonjak naik hingga 400 ribu ini membuat pedagang rugi.
“Dengan harga tinggi sekarang bukan saya tidak jual tapi saya stop dulu. Saya sudah seminggu tidak jual. Semenjak tahun baru saya masih jual tapi banyak yang teringgal rusak jadi saya buang telurnya, ” Jelas Dedi.
Pada kesempatan itu Dedi berharap agar Pemerintah bisa menstabilkan harga agar penjualan di pasar berjalan normal seperti biasanya.
Fridus ciompah