NTT-News.com, Kupang – Kepala Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BWS NT II), Ir. Agus Sosiawan, ME mengatakan bahwa keterlambatan pengaliran air dari Embung telah dikerjakan dengan sumber dana APBN di Desa T’eba Kecamatan Biboki, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) ini disebabkan oleh curah hujan yang rendah yang menyebabkan terjadinya keterlambatan terisi penuh.
Menurut Agus, pasca mendapatkan informasi melalui media ini dirinya telah menugaskan tim bersama BPK untuk melakukan pemantauan terhadapa pekerjaan tersebut, berdasarkan laporan dari tim yang turun ke lapangan, ditemukan bahwa pekerjaan fisik embung telah rampung dan terisi air, hanya saja menurut informasi embung itu baru saja terisi penuh setelah beberapa hari berturut-turut Kecamatan Biboki dan sekitarnya diguyur hujan.
“Embung ini dibangun pada tahun 2021 kemarin, dengan adanya keluhan warga dan masyarakat setempat bahwa air belum terbagi dibeberapa sejumlah ke bak ternak maupun bak air bersih maka saya mengutus tim dari sini untuk pantau langsung,” kata Agus Rabu (02/01/2022) lalu.
“Saya berterima kasih atas adanya informasi dan saya sudah utuskan beberapa hari yang lalu team Satgas dan BPK (BWS NT II) dengan adanya informasi dari warga dan pemerintah setempat bahwa embung di kabupaten TTU di desa Teba belum beredar airnya ke sejumlah ke bak air ternak dan bak air bersih, ini karena curah hujan 2021 kemarin lebih rendah, beda di daerah-daerah lain, masuk januari 2022 kemarin sudah penuh sehingga sekarang air sudah terbagi sejumlah ke bak-bak yang sudah disediakan,” pungkasnya.
Dijelaskan Agus bahwa Embung untuk Sumba Timur dan Nagekeo, memiliki curah hujan pada tahun 2021 kemarin cukup tinggi, sedangkan untuk Kabupaten TTU sumber daya air-nya lebih rendah dari daerah lain.
Namun berdasarkan hasil pantauan terakhir dari Team Satgas dan BPK (BWS NT II) Embung di Kabupaten Timor Tengah Utara sudah terisi penuh dan juga telah terbagi sejumlah ke bak-bak baik bak ternak maupun bak air bersih.
Agus berharap agar masyarakat maupun pemerintah setempat bekerja sama untuk menjaga fasilitas penyaluran dan pembagian aliran air ke beberapa bak-bak air ternak dan bak air bersih, sehingga jika ada keran yang rusak bisa ditangani sesegra mungkin.
Kalau keran yang rusak satu saja maka saya rasa bisa ditangani masyarakat dan pemerintah setempat sebab harganya masih terbilang murah, yakni Rp.25 ribu. “Jadi diganti saja supaya tidak macet peredaran air ke bak, kalau rusak berat diberitahukan kepada kami,” tutupnya
Penulis: Rafael