NewsWisata

Bupati Niga Prihatin dengan Kapouta yang Dikenakan ke Presiden RI

×

Bupati Niga Prihatin dengan Kapouta yang Dikenakan ke Presiden RI

Sebarkan artikel ini
Ikat Kepala atau Topi inilah yang dikritisi oleh Bupati Sumba Barat, Agustinus Niga Dapawole
Ikat Kepala atau Topi inilah yang dikritisi oleh Bupati Sumba Barat, Agustinus Niga Dapawole

NTT-News.com, Waikabubak – Bupati Sumba Barat, Agustinus Niga Dapawole merasa prihatin dengan Kapouta atau Ikat Kepala yang dikenakan kepada orang nomor Satu di Indonesia, Ir. Joko Widodo saat bertandang di Tambolaka, Sumba Barat Daya (SBD) pada penutupan Parade 1001 Kuda Sandelwood dan peresmian festival tenun ikat 12 Juli 2017 lalu.

Menurut Bupati Niga, Kapouta yang dikenakan kepada Presiden RI itu sama sekali tidak melambangkan kekhasan sebagai ikat kepala Sumba. Menurutnya, yang dikenakan itu tidak lebih dari hanya sebuah topi yang dipakaikan dan tidak mencerminkan budaya Sumba karena sudah dimodifikasi.

Dia menilai bahwa bahan modifikasi yang diberikan kepada tamu terhormat lalu menganggap itu sebagai bagian dari budaya Sumba maka hal itu tidak ada bedanya dengan pemerkosaan terhadap budaya lokal Sumba. Demikian hal tersebut disampaikan Bupati Niga ketika membuka kegiatan Konsultasi Lokal dan Konfrensi Cabang II GMKI Tambolaka di aula GKS Waikabubak, Jumat 21 Juli 2017 malam.

Dia menyatakan bahwa hal itu Ia perlu sampaikan pada forum GMKI dengan maksud agar kader muda terdorong untuk mempertahankan keaslian dan kemurnian budaya lokal Sumba, karena budaya lokal Sumba merupakan warisan nenek moyang yang dilanjutkan secara turun temurun.

“Ini yang dipaiakan di Pak Presiden tidak diikat, tetapi hanya seperti memakai topi saja. Ini sama sekali tidak berbentuk kapouta. Saya merasa aneh, kapouta kok seperti pake topi, ada buluh ayamnya lagi di belakang, kita punya kapouta itu diikat, kalau orang Kodi berbeda sedikit dengan Waijewa demikian juga di Loli dan Sumba Tengah agak berbeda,” ungkapnya.

“Tindakan ini sebenarnya kita sendiri yang memperkosa budaya kita. Kita harus melihat, kalau itu tidak sesuai dengan budaya kita, kita harus katakan dan ini tidak sesuai, jangan kita mengaminkan hal-hal macam begini, karena nanti orang yang  melihat  menjadi bingung,” tandasnya lagi. (oc/rm)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *