NTT-News.com, Waingapu – Acara Balapan Kuda pantai atau yang akrab disebut Pacuan Kuda tradisional di pesisir pantai ada di Desa Matawai Atu, kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur. Kegiatan ini telah berlangsung lama disaat air laut mengalami pasang surut.
Tujuan dari acara Balap Kuda pantai ini memang hanyalah untuk bersenang-senang, namun ada hikmah dan nilai positif yang selalu dipertahankan masyarakat setempat. “Ini bukan baru dilakukan, tetapi sudah sering dilakukan sejak dahulu dari nenek moyang kami,” kata Daud Rihi kepada media ini Senin 18 Juli 2016.
Daud mengatakan, pacuan kuda keunikan ini dilakukan untuk mempertemukan para pemilik Kuda Pacu yang memiliki hobby yang sama untuk beradu kecepatan Kuda di atas pasir putih dan menguji ketangkasan para jocky cilik di atas punggung Kuda Sandlewood.
“Ini hanya untuk senang-senang saja, dan untuk tetap menjalin tali persaudaraan antara masyarakat setempat dan masyarakat luar yang memiliki hobby balapan kuda, setiap ada acara pacuan kuda di Pantai ini pasti akan ramai dan banyak dikunjugi masyarakat,” ujarnya lagi.
Leonard Hari, warga lainya membenarkan kalau selama ini mereka melakukan balapan kuda di Pinggir Pantai itu sejak dahulu, dan Kuda yang akan diadu kecepatannya, setiap kali race biasanya hanya diikuti 2 ekor kuda pacuan.
“Biasanya kuda yang ikut pacuan di sini paling hanya 2 ekor untuk satu kali lepas (balapan), kalau lebih juga paling tinggi 4 ekor, dan setiap air laut surut pasti ramai sekali dengan orang-orang dan kuda yang akan di pacu,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa Kuda yang ikut pacuan adalah Kuda Sumba Asli (sandelwood) dan ada juga kuda peranakan yang telah di kawin silangkan dengan Kuda dari Australia.
“Untuk balapan Kuda sendiri, di sini kami tidak sembarang langsung di pasangkan untuk ikut balapan, tetapi disesuaikan dulu dari tinggi dan panjang tubuh kuda, jika sesuai dan ada kesepakatan antar sesama pemilik Kuda, maka kuda tersebut siap dipacu” tandasnya.
Markus Pono tokoh masyarakat sekaligus mantan kepala Desa Matawai Atu kepada media ini menjelaskan, Pacuan Kuda sering dilakukan masyarakat desa matawai Atu dan Warga dari desa Mutunggeding, Rindi dan Kelurahan Lumbu Kore.
“Kuda-kuda yang akan dipacu biasannya dirawat dan diberikan makanan yang sangat baik, sebelum di pacu saja kuda-kuda dirawat, dilatih dan dimandikan setiap hari, agar stamina kuda tertap terjaga dengan baik. Selain itu Kuda tersebut, diberikan ramuan yang dicampur khusus sepeti jahe, madu, telur dan kopi,” jelasnya.
Menurutnya acara tersebut merupakan kearifan lokal sumba Timur yang harus di jaga dan tetap dipertahankan, agar ternak Kuda asli Pulau Sumba tetap ada, sehingga Kuda bukan saja dipelihara untuk acara adat perkawinan, kedukaan dan lain-lain, akan tetapi kuda ini bisa mendatang Wisatawan.
Ia menuturkan, untuk desa matawai atu sendiri, punya pesisir pantai pasir putih yang baik dan panjang sekitar 3 KM, sehingga masyarakat Desa Matawai Atu menggunakan tempat ini sebagai tempat pacuan/balapan Kuda. (NG)