NTT-News.com, Kefamenanu – Kesulitan air merupakan suatu fenomena yang sering kali terjadi dihadapi oleh masyarakat khususnya di perbatasan RI-RDTL terutama pada musim kemarau. Hal tersebut didasari pola sistem bertani masyarakat yang masih menggunakan sistem tebas bakar, yang berdampak pada terjadinya kerusakan hutan sebagai penunjang resapan air dikala musim hujan, sehingga pada musim kemarau mengakibatkan terjadinya kesulitan air.
Melihat fenomena tersebut, Satgas Yonif R 321/GT pantas RI-RDTL bekerja sama dengan Dinas Kehutanan melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat hutan dimana harus dijaga kelestariannya sehingga tidak berdampak buruk seperti saat ini.
“Melihat fenomena kekeringan air yang terjadi selama ini, Satgas Yonif R 321/GT Pamtas RI-RDTL bekerja sama dengan Dinas Kehutanan memberikan Pemahaman yang baik kepada masyarakat tentang pentinya menjaga kelestarian hutan dan sistem bertani dengan pola tebas bakar yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adalah hal yang salah karena dapat merusak ekosistem tanaman yang ada di hutan sehingga dampaknya dapat kita rasakan pada saat musim kemarau kita menghadapi kesulitan air,” Ungkap Lettu Inf Sudrajat.
Selain melakukan sosialisasi, Satgas Yonif R 321/GT pun melaksanakan program penghijauan di beberapa sumber mata air di wilayah Sektor Barat. “Kita juga tanam 12.000 pohon yang terdiri dari pohon trembesi dan pohon tanjung yang kami sebar seluruh pos jajaran Satgas Pamtas RI RDTL Yonif R 321/GT di wilayah sektor barat,” Lanjutnya.
Bapak Famus selaku Kepala Sekolah SLTP Letenaek Desa Imbate Kec Bikomi Ninulat Kab Timor Tengah Utara mengatakan bahwa sosialisasi penghijauan pada usia dini memang sangat penting sehingga anak-anak akan tau bagaimana menjaga kelestarian hutan dan bagaimana cara menanam pohon yang benar serta memahami akan manfaat hutan apabila terjaga dengan baik demi menopang kelangsungan hidup mahluk hidup dimasa yang akan datang. (Peter)
