Life StyleNews

Ibunya Sukses Jadi Pengusaha, Putra SBD Ini Jadi Pilot Termuda

×

Ibunya Sukses Jadi Pengusaha, Putra SBD Ini Jadi Pilot Termuda

Sebarkan artikel ini
Yunita Wowor saat mengenakan Pin Penerbang kepada Octavianus Lede Talu
Octavianus Lede Talu, bersama Ibunya Yunita Wowor seusai diwisuda di Aero Flyer Institute

NTT-News.com, Jakarta – Yunita Wowor, begitulah sapaan akrab ibu yang sudah memasuki usia kepala empat ini. Dia sukses berkarier sebagai pengusaha di bidang konstruksi dan property di ibu kota negara ini. Kesuksesannya membawa putra semata wayangnya juga sukses menyelesaikan studi penerbangan dan menjadi pilot termuda diangkatannya.

Putra semata wayangnya itu bernama Octavianus Lede Talu, dia lahir di Bumi Pertiwi daerah Sumba Barat Daya pada 17 Oktober 1998 silam. Usai diwisuda beberapa hari yang lalu, dia sah menjadi Pilot di Aero Flyer Institute.

Pada saat itu sebanyak 23 siswa dari 29 orang yang diwisuda tahun ini. Odhy sapaan akrabnya, dilantik menjadi pilot bersama siswa penerbangan Angkatan XXVIII di Kampus Aero Flyer Institute, Bengkulu, Sabtu (04/05/2019).

Yunita Wowor saat mengenakan Pin Penerbang kepada Octavianus Lede Talu

Putra dari Yunita Wowor itu juga telah mengikuti jejak ibunya menjadi pengusaha, dan sukses pula. Namun semua itu tanpa menyurutkan niat Odhy untuk berusaha menjadi pilot. Dan Ia mampu membuktikan bahwa dirinya juga bisa sukses menyelesaikan studi Pilotnya.

Sepanjang ia menekuni studi pilot, Odhi juga tetap memanfaatkan waktu-waktu liburan untuk tetap membantu menjaga bisnis yang sedang digeluti ibunya. Dari bisnis itu pula yang mengantarkanya sukses menjadi pilot dari Aero Flyer Institute.

Odhy kepada media ini mengatakan, bahwa proses untuk sampai pada tahapan yang membahagiakan bagi keluarganya dan dirinya adalah proses yang panjang berat. Disana ada proses persaingan ketat untuk bisa diterima menjadi siswa penerbangan. Seleksi awal cukup ketat.

“Dari sekian banyak yang lolos seleksi, hanya 28 orang yang diterima masuk jurusan penerbangan, termasuk saya,” kata Odhy kepada NTT-news.com di Novotel Hotel, Tangerang.

Masuk jurusan penerbangan, menurut dia memang asyik walau agak menegangkan. Mulai seleksi awal sampai test kesehatan lanjutan dan test bakat terbang semua harus dijalani dengan baik dan benar. Kedua jenis test itulah yang sering dianggap sebagai momok bagi calon penerbang di Tanah Air.

“Pengalaman saat test bakat terbang, cukup berat juga. Setelah masuk simulator, kita mendapatkan briefing singkat. Selanjutnya diminta terbang dan saat itulah diperintahkan pesawat berputar 360 derajat atau berbalik arah,” cerita Odhy.

Dia mengisahkan bahwa pada awalnya juga sempat grogi, mengingat semua itu adalah pengalaman pertama. Namun, dengan bekal keyakinan serta instruksi dan bimbingan yang baik, semua bisa dijalankan dengan baik.

“Singkat cerita, saya lulus test bakat terbang dan akhirnya masuk menjadi siswa penerbangan di STPI,” jelas alumnis SMA St. Maria Monika Jakarta.

Awal-awal masuk Aero Flyer Institute, menurut dia, semua siswa penerbangan harus mengikuti masa dasar pembentukan karakter atau dulu disebut masa dasar pembentukan sikap dan mental (madabintal).

Kehidupan siswa di asrama juga diawasi ketat selama 24 jam. Mulai bangun tidur, belajar di kampus, istirahat sore, makan malam dan belajar diawasi oleh dosen dan instruktur di kampus.

Namun semua itu dimaksudkan untuk membentuk sikap dan mental siswa sebagai calon penerbang. Menjadi penerbang, harus mengatur pola hidup, makan dan pergaulannya.

“Saat menjadi penerbang nanti, minimal enam bulan sekali harus check kesehatan. Jika sampai ada indikasi tidak sehat, maka tidak boleh terbang. Kondisi kesehatan tetap prima itulah yang harus tetap dijaga dan dipertahankan oleh seorang pilot,” sebut Odhy.

Begitulah cerita Odhy semasa awal perjuangannya di dunia pendidikan penerbangan. Meski demikian dia meyakini bahwa proses panjang yang telah ia lewat dengan amat ketat tidak akan pernah mengkhianati hasil yang dicapai.

Buktinya ia telah melewati proses seleksi alam yang cukup panjang selama masa pendidikan dan hasilnya telah membuat ibunya bangga meski dulu Ia harus rela meninggalkan tanah dimana Ia dilahirkan dan memiliki keluarga dan kenalan yang banyak.

Sementara itu, Yunita Wowor ibu dari Odhy menyampaikan proficiat anaknya dan ucapan syukur tak terhingga Kepada sang pemberi kehidupan atas rahmat yang ia terima ditengah keluarganya.

“Kita harus mensyukuri ini sebagai peristiwa membahagiakan dan membanggakan. Meski seperti ini Tuhan memberikan berkat yang cukup untuk bisa menyelesaikan studi anak saya. Dia anak baik dan Tuhan pasti akan selalu memberkati setiap kita bergantung padaNya termasuk atas kesuksesan anak saya,” tutur wanita yang akrab di sapa mama Odhy singkat.

Ini riwayat pendidikan dari Capt. Oktavianus Lede Talu.

TK. Santa Maria Monica, Bekasi (2004-2005)

SD Aren Jaya XIV, Bekasi (Tamat 2010)

SMP Santa Maria Monica, Bekasi (Tamat 2013)

SMA Santa Maria Monica, Bekasi (Tamat 2016)

Aero Flyer Institut (Tamat 2019). (*)

Penulis: Jusuf EP

Editor.  : Rey M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *