NTT-News.com, Kupang – Walikota Kupang, Dr. Jefirstson R. Riwu Kore, MM, MH hadir memberikan sambutan dalam acara Penandatanganan Komitmen Kupang Hijau dan Gerakan Satu Bapak Satu Pohon (G-SAPA-SAPO) serta penanaman pohon yang diselenggarakan oleh Pengurus Kaum Bapak GMIT Sinode seusai kebaktian pagi sekaligus Pemasangan Prasasti GEMAGE (Gerakan Masuk Gereja) di jemaat Istana Kasih Talaka Naioni pada Minggu (24/11) pagi.
Turut hadir Kepala Dinas Sosial, Ketua PKBS GMIT Rodialek Polo, Penasehat PKBS Winston Neil Rondo S.Pt dan beserta Para pengurus Kaum bapak dari Jemaat se Klasis Kota Kupang dan Kupang Barat.
Walikota Kupang Dr. Jefri Riwu Kore menyampaikan bahwa program G-Sapa Sapo yang dilakukan oleh PKBS sangat luar biasa, “ini adalah suatu gerakan yang sangat kreatif dari Kaum Bapa GMIT, yang tidak pernah habis kreatif dari mereka, bayangkan bapak-bapak harus aktif ke Gereja, dan saya pikir ini adalah suatu gerakan moral yang sungguh luar biasa, suatu gerakan yang sangat menyentuh iman kita,” ungkapnya.
Ia menambahkan terkait kerja sama program ini, diharapkan dapat memberikan suatu perubahan yang dilakukan masyarakat, sehingga mewujudkan Kota Kupang sebagai kota yang layak huni dan terhindar dari kekeringan.
“Gerakan ini adalah gerakan moral untuk kita semua, kalau dari Pemkot gerakan satu keluarga satu pohon, satu ASN satu pohon, satu anak-anak satu pohon atau anakan, kami berharap ini dimotori oleh bapak dan mama dan gereja. Kalau satu bapak satu pohon tentu akan sangat luar biasa, kalau bapak sudah bergerak pasti semuanya terinspirasi dan ikut melaksanakan. Kalau bapak-bapak sudah bergerak dan suruh tanam satu pohon, pasti semua jalan,” katanya.
Ia pun melanjutkan bahwa, semua yang dilakukan dan dikerjakan adalah untuk keberlanjutan kehidupan, oleh karena itu Wali Kota yang dikenal sebagai Walikota Smart City ini mengharapkan masyarakat menjadi motor dalam menyukseskan Gerakan Kupang Hijau dan gerakan tanam air.
“Yang dilakukan Pemerintah tentu semata-mata untuk mengajak semua masyarakat agar berubah, dari yang semula acuh menjadi lebnih peduli terhadap lingkungan, mari bersatu padu kita bekerja untuk lingkungan kita,” tandasnya.
Gerakan Satu Bapak Satu Pohon (G-SAPA-SAPO) yang dicetuskan Kaum Bapak Sinode ini diungkapkan Pengurus Kaum Bapak Sinode (PKBS) Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) merupakan komitmen Gerakan Satu Bapak Satu Pohon (G-SAPA SAPO) yang terlaksana di Jemaat GMIT Istana Kasih Talaka, Kelurahan Naioni Klasis Kupang Barat, yang bertujuan membangkitkan semangat para kepala rumah tangga agar dapat menata kembali lingkungan yang asri dan layak huni, serta dalam komitmen yang dibangun juga menjadikan suatu keselarasan program bersama dengan Pemerintah Kota Kupang khususnya terkait Gerakan Kupang Hijau.
Dalam sambutan Ketua Majelis jemaat, Pdt. Matelda Wila Kore Dethan mengatakan setiap program yang dicetuskan oleh Pemkot adalah bentuk kepedulian yang perlu digerakan, hal tersebut terbukti ketika adanya program penerangan jalan umum, sudah membantu masyarakat menjadi aman dan tentunya telah menerangi setiap jalan yang awalnya gelap di Kelurahan Fatukoa dan wilayah lainnya, dan kemudian program lingkungan melalui gerakan Kupang Hijau.
GMIT turut berkomitmen bekerja sama mendukung upaya yang dilakukan Pemkot terkait Gerakan Kupang Hijau dan Tanam air, “sudah sepatutnya sebagai ciptaan tuhan yang sempurna, secara bersama kita melakukan gerakan yang telah dibangun PKBS dan Pemerintah Kota. Kita mendukung, mendoakan, menguatkan sehingga Pemkot dan PKBS tidak jalan sendiri tetapi bahui membahu bersama masyarakat mewujudkan lingkungan yang lebih lestari demi masa depan bumi yang telah Tuhan titipkan kepada kita,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua PKBS GMIT, Rodialek Polo dalam sambutannya menyampaikan sebagai pengurus Kaum Bapak, Sinode telah mencanangkan tiga Gerakan untuk kaum bapak se GMIT yakni GEMAGE (gerakan masuk gereja), GEMALAGU (gerakan mengantar anak ke sekolah minggu) dan GEMAPRES (gerakan menjadi presbiter) dan kemudian program terbaru G-SAPA SAPO (Gerakan Satu Bapak Satu Pohon).
Gerakan untuk menggerakkan para kaum bapak yang ada dalam mata jemaat agar aktif, sebagai pelaku gereja dalam memperhatikan lingkungan yang telah diciptakan Tuhan untuk dirawat dan dilindungi demi keberlanjutan kehidupan, di mana diwajibkan kepada satu Bapak agar dapat menanam satu pohon di halaman rumah.
“Kita bantu Pak Wali mensukseskan Gerakan Kupang Hijau karena memang sudah saatnya, karena sejak 2015 NTT sudah defisit air, jadi kalau sekarang ada sumur-sumur yang kering jangan kaget itu sudah dalam ramalan. Kita belum sadar NTT sudah defisit air sejak 2015,” katanya.
Ketua Kaum Bapak Sinode itu juga mengapresiasi tindakan yang dilakukan Pemerintah Kota dalam menggerakan masyarakat kota melestarikan lingkungan, hal tersebutlah yang kemudian menginspirasi PKBS menyelaraskan program yang sama.
“Kita apresiasi Pak Wali yang telah mendeklarasikan Program Kupang hijau, terutama melalui gerakan tanam air, pesan kami agar Pak Wali dan Pemerintah Kota Kupang mengamankan sabuk daerah tangkapan air di Bismarak dari Timur ke Barat. Kami sudah bicara dengan jemaat di Bismarask dan jemaat Penam, warga Kota Kupang menambah 1000-2000 rupiah sebagai uang jasa lingkungan demi menjaga itu wilayah tangkapan air, supaya orang disana tidak potong pohon, air kita ambil dari Tarus 90% itu sesuai riset mata air yang ada di Tarus itu berasal dari Bismarak, bukan Manikin. Jadi kalau kita kerjasama dengan kaum bapak di Bismarak kita bersama bisa amankan sumber air untuk Kota Kupang,” Jelasnya.
Penulis: Hms/rey