NTT-News.com,Kefamenanu – Ribuan Umat Katolik dari berbagai penjuru ikuti prosesi jalan salib hidup di Gua ST. Maria Siti Bitauni, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, yang di lakukan oleh Organisasi THS-THM. Jumat, (16/04/2022).
Pantauan media ini, prosesi jalan hidup yang merupakan jalan salib ke tujuh dalam hari raya Paskah tahun ini antusias Umat sangat banyak.
Ribuan umat yang mengikuti prosesi jalan hidup itu bukan hanya dari Paroki St. Maria Pengantara Segala Rahmat kiupukan saja namun dari Paroki lain juga.
Proses Jalan Salib itu diikuti sampai selesai meskipun prosesi jalan salib hidup dari perhentian ke 1 hingga perhentian ke 14 jalurnya cukup terjal melewati bebatuan.
Salah satu Pastor di Paroki St. Maria Pengantara Segala Rahmat Kiupukan, Romo Yopi Luan Nahak, Pr Kepada Media seusai prosesi jalan salib hidup mengatakan, secara pribadi melihat antusias Umat dalam proses jalan hidup atau tablo tahun ini sangat antusias.
Dikatakan ini merupakan Umat sangat menghayati kisah sengsara Tuhan Yesus dalam proses jalan salib hidup.
“Saya melihat bahwa Umat sangat antusias ini betul-betul Umat di arahkan untuk menghayati kisah sengsara Tuhan Yesus dalam proses jalan salib hidup , ” Katanya.
Pada kesempatan itu ia menjelaskan, proses jalan salib hidup pada jumat Agung ini terjadi pada umat Kristen Katolik di seluruh dunia untuk merenungkan kisah sengsara kebangkitan Tuhan Yesus.
“Termasuk umat di Paroki kiupukan ini untuk merenungkan kisah sengsara kebangkitan Yesus, ” Ungkapnya.
Ia menambahkan jumat Agung merupakan bagian dari Tri hari suci dimana pada Jumat Agung terdapat tiga bagian penting yakni kisah sengsara, ibadat sabda, kucup salib dan komuni.
Ia juga berpesan kepada Umat setelah mengikuti jalan salib untuk tetap mencintai salib, pasalnya salib merupakan identitas sebagai orang Kristiani.
“Tanda salib itu tanda kemenangan, tanda keselamatan dimana kisa selalu mengawali dan mengakhiri apa saja yang kita lakukan dengan tanda salib itu bukan tanda kelemahan atau hina-hina , ” Ucapnya.
Penulis : Fridus Ciompah