NTT-News.com, Tambolaka – Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) menyelenggarakan kegiatan Masa Bimbingan (Mabim) di aula Quasi Paroki St. Paulus Desa Karuni Kecamatan Loura Kabupaten SBD Nusa Tenggara Timur, Kamis (13/7/2021).
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Margasiswa PMKRI yang berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 13 hingga 16 Mei 2021 yang dihadiri oleh organisasi mahasiswa dari group Cipayung (GMNI, GMKI), BEM STKIP, KNPI dan anggota penyatu PMKRI Cabang Tambolaka.
Dalam sambutannya Ketua Presidium DPC PMKRI Cabang Tambolaka Santo Agustinus, Yulius Lere mengatakan kader adalah anggota perhimpunan atau kelompok terpilih yang mampu menopang dan melatih anggota atau kelompok yang lain untuk memperkuat eksistensi perhimpunan, memperjuangkan tercapainya tujuan dan terlaksananya program perhimpunan.
“Kader adalah seseorang yang memiliki kedisiplinan dan dedikasi yang penuh serta mental perilaku yang baik. Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir sistematis, realistis, dialektis, logis-rasional dan radikal di samping pengetahuan yang kokoh terhadap watak organisasi dan masa depan organisasi,” ujarnya.
Lebih lanjut Yulius menyampaikan bahwa spiritualitas kader PMKRI diwujudkan dalam bentuk Tiga Benang Merah, yang meliputi Intelektualitas, Kristianitas, dan Fraternitas. Ketiga unsur inilah yang seharusnya selalu menggerakan dan menyemangati segenap kader PMKRI dalam segala pola aktivitasnya.
Nilai pembeda artinya tiga benang merah ini akan mencirikan bahwa seseorang kader PMKRI mempunyai ciri khas karakter dibandingkan dengan mahasiswa lain. Apabila tiga benang merah ini telah terinteralisasi dan menjadi sebuah karakter.
“Maka nilai lebih artinya bahwa spiritualitas kader PMKRI ini jika di hayati secara tepat akan memberikan semangat berkompetensi yang tinggi terhadap mahasiswa lain,” katanya.
Dirinya juga menjelaskan semangat tiga benang merah PMKRI ini menjadi kekuatan yang besar bagi PMKRI untuk selalu bergandengan tangan dalam melakukan perubahan dan menatap masa depan PMKRI yang lebih baik serta menyikapi isu-isu sosial masyarakat demi kemajuan suatu wilayah.
COVID-19 yang masih sedang melanda bangsa ini, yang mengakibatkan kita mengalami disrupsi teknologi digital. Disrupsi teknologi digital adalah era terjadinya inovasi dan perubahan besar-besaran secara fundamental karena hadirnya teknologi digital, mengubah sistem yang terjadi di Indonesia maupun global.
Perkembangan teknologi digital ini mampu menggantikan pekerjaan manusia. Saat pandemi bisa sebagai titik awal transformasi dan pemerataan pendidikan Indonesia dengan cara-cara yang kreatif, inovatif, dan out of the box.
“Dan saat ini kondisi pendidikan di Indonesia masih belum merata. Geografis dan pembiayaan menjadi beberapa tantangan yang saat ini sedang dihadapi,” ungkap dia.
Namun dalam masa pandemi COVID-19, perguruan tinggi menunjukkan transformasi yang positif dengan menyelenggarakan pembelajaran secara daring, meskipun terkendala dalam beberapa hal seperti akses jaringan dan infrastruktur pembelajaran.
Karena itu, pemerintah harus cepat beradaptasi dengan segera memetakan jenis pekerjaan apa saja yang sekiranya menyusut atau menghilang sebagai dampak disrupsi teknologi.
Pemerintah jangan sampai kecolongan jika derasnya kemajuan teknologi akan menghilangkan bidang pekerjaan yang selama ini bersifat manual dilakukan manusia.
“Mari teman-teman, jadilah Kader yang memiliki kedisiplinan dan dedikasi yang penuh serta mental perilaku yang baik. Semangat tiga benang merah PMKRI ini menjadi kekuatan yang besar bagi kita dan menjadi nilai pembeda, nilai lebih, nilai pengikat, dan nilai penguji dengan mahasiswa lain yang non PMKRI” tuturnya. (Oc/Ist)