Petahana Pilkada Sumba Barat “Lamar” Gregorius Pandango

0
313
Agustinus Niga Dapawole bersama Gregorius Pandango, masing-masing ditemani istri

NTT-News.com, Waikabubak – Bakal Calon Kepala Daerah Kabupaten Sumba Barat, Agustinus Niga Dapawole semakin mantap mencalonkan diri dalam perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada September 2020 mendatang.

Kesiapannya mengisi kursi bupati dalam Pilkada mendatang semakin matang dengan ‘melamar’ politisi muda dari Nasdem, Gregorius H. B. L. Pandango, untuk menemaninya sebagai calon wakil bupati periode 2020-2025.

Acara lamaran tersebut berlangsung pada Sabtu, (08/02/2020) di kediaman Gregorius H. B. L. Pandango, Malata.

Petahana Kabupaten Sumba Barat itu, mengatakan bahwa dirinya resmi melamar Oris (sapaan Gregorius H. B. L Pandangi) menjadi pendampingnya dalam gelanggang pesta demokrasi 5 tahunan ini. Niga juga menambahkan bahwa akan membawa Sumba Barat menuju perubahan yang lebih baik.

“Kami akan selalu bersama, bekerja sama dalam membangun kabupaten Sumba Barat menuju perubahan yang lebih mandiri,” kata Ketua DPC Gerindra itu.

Lebih lanjut, Niga juga menghimbau semua keluarga dan seluruh masyarakat Sumba Barat untuk terus memberi dukungan, serta membantu dalam menjaga kenyamanan pesta demokrasi yang hendak dihadapi.

Sementara itu, Ketua DPC Partai Nasional Demokrat (NASDEM), Gregorius H. B. L. Pandango menyebutkan bahwa dirinya siap mendampangi petahana untuk berkompetisi di Pilkada periode 2020-2025. Sehingga, dirinya akan berjuang bersama petahana untuk membawa Sumba Barat yang lebih sejahtera, demokratis dan mandiri.

Di kesempatan yang sama, Gregorius, juga menghimbau pendukung dan seluruh masyarakat Sumba Barat untuk bisa menggunakan media sosial dengan baik.

Menurutnya, memosting hal yang bersifat ujar kebencian akan berdampak pada renggangnya persatuan dan kesatuan. Sehingga dirinya sangat mengharapkan supaya masyarakat dapat bersaing dengan sehat memosting hal-hal yang berkaitan dengan program pasangan calon.

“Pesta politik bukan untuk saling bermusuhan, tetapi kita diajarkan untuk berkompentisi dengan sehat, membangun isu yang bermanfaat, dan saling mengingatkan satu sama lain,” harap Gregorius dalam sambutannya.

Pantaun media ini, proses “lamaran” yang dilakukan oleh petahana ditandai dengan ritual adat yang melibatkan tokoh adat di daerah itu.

Penulis : Rian/Jep

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini