NTT-News.com, Kupang – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang Kekurangan Sumber mata air yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan air minum di masyarakat di daerah itu. Hal itu disampaikan Direktur PDAM Kota Kupang, Johanis Ottemoesoe, di ruang kerjanya Jumat 28 Februari 2020.
“Sumber air yang dikelola oleh PDAM Kota Kupang, sangat terbatas hanya 140 liter per detik. Plus PDAM sekitar 375 liter per detik. Sehingga total seluruh mendekati 600 liter per detik. Sedangkan kebutuhan air masyarakat Kota Kupang mencapai 850 liter per detik,” papar John Oetemusu.
John mengatakan jumlah kebutuhan air baku akan meningkat karena beberapa faktor, antara lain, penambahan pelanggan, pertumbuhan penduduk, industri, ekonomi dan pembangunan perumahan di mana-mana.
“Jumlah penduduk Kota Kupang saat ini sekitar 600 sampai dengan 700 ribu jiwa dan semuanya membutuhkan air. Hal ini yang menjadi masalah dalam pelayanan oleh PDAM,” terangnya.
Dijelaskan, pelanggan baru kebutuhan air baku masyarakat Kota Kupang, mencapai 43 persen, berarti sekitar 57 persen masyarakat Kota Kupang yang belum menikmati pelayanan air baku. Oleh karena itu, ketika dipercaya memimpin PDAM Kota Kupang dirinya pernah menjelaskan kalau yang sering ribut itu pelanggan yang tidak terlayani secara maksimal.
Pada hal dilihat dari tatanan nilai sosial, masyarakat Kota Kupang masih merasa nyaman, buktinya masyarakat Kota Kupang yang belum menjadi pelanggan PDAM, meskipun masih mengisi air tangki tapi masih merasa nyaman. Memang tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah untuk melayani.
John Oetemusu menambahkan, masyarakat Kota Kupang yang terlayani air baku PDAM sejauh ini kurang lebih 12 ribu orang.
“Saya pernah minta pak Walikota agar jangan dulu menambah lagi pelanggan baru karena itu ibarat kita tidak memiliki peluru tetapi disuruh pergi ke medan perang,” tuturnya.
Dia mengaku saat ini yang bisa dilakukan adalah mencari sumber air baku lalu pelanggan yang dilayani tidak maksimal akan dimaksimalkan.
“Pelanggan menilai mungkin hari ini air baku masih terlalu banyak. Pada hal, karena kebutuhan maka selalu terjadi pemasangan liar. Salah satu contoh, misalnya pipa ring ukuran 1 dim kapasitas pelayanannya hanya sebanyak 2 orang pelanggan, tetapi kenyataannya bisa menjangkau 50 orang pelanggan. Hal ini yang menjadi fenomena kurang baik di Kota Kupang,” ujarnya.
John Oetemusu menyatakan, hujan yang sedikit disertai panas membuat kondisi tanah menjadi rongga. Sehingga ketika hujan turun akan terjadi penguapan dimana air hujan hilang di permukaan tanah atau tidak masuk ke dalam tanah.
Kalau tanah di Jawa dengan Flores ketika hujan itu, air meresap ke dalam tanah tapi kalau di daratan kepulauan Tmor, air tertahan di batu karang sehingga ketika musim panas, terjadi penguapan.
Dia berjanji, masyarakat Kota Kupang baru bisa merasakan kepuasan pelayanan akan air bersih di Tahun 2021, dengan penambahan kapasitas pelayanan 200 liter per detik. Setelah pembangun Kali Dendeng dan Air Sagu selesai. Itu baru PDM Kota Kupang bisa bersaing dengan PDAM Kabupaten Kupang.
Namun karena masih menunggu pembangunan Kali Dendeng dan air Sagu sebagai program jangka menengah, maka seluruh sumur bor milik warga akan dilakukan pendekatan ke Pemilik untuk dikelolah dengan membangun reservoir untuk distribusi ke masyarakat.
Dia menyampaikan akan melakukan pengeboran sumur bor di Kelurahan Oepura dan akan melakukan pengelolaan terhadap sejumlah aset P2D, air bawah tanah.
“Dan siap Kita pasang listrik dan reservoir sudah bisa didistribusi kepada masyarakat, seperti yang di Hotel Sasando, Unkris, Belakang Hotel Sylvia Kupang,” jelasnya.
Disampaikan John Oetemusu, pihaknya sedang melakukan pendekatan dengan salah satu pengusaha dari Bali untuk persentase pengelolaan air laut menjadi air tawar siap minum di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), ini yang belum kesampaian juga.
“Kalau sudah fix maka dipakai untuk melayani Pertamina dan hotel-hotel di Kota Kupang dengan tarif harga sedikit mahal karena SOP,” bebernya.
Penulis : Rafael