NTT-NEWS.COM, Kupang Anggota DPD RI asal Provinsi Nusa Tenggara Timur Drs. Ibrahim Agustinus Medah mendesak Menteri Perhubungan (Menhub) RI Ignasius Jonan untuk memberikan perhatian serius terhadap transportasi darat, laut dan udara di NTT.
Ibrahim Medah, kepada wartawan di Kupang, menjelaskan, selaku anggota Komite II DPD RI dalam pertemuannya dengan menteri perhubungan Ignasius Jonan beberapa waktu lalu, meminta agar memberikan kapal feri yang kapasitasnya lebih besar sehingga mampu menyebrangi lautan di NTT yang terkenal ganas pada musim angin barat dan angin timur.
“Kepada menhub saya katakan bahwa kapal feri yang ada sekarang itu untuk penyebrangan danau, bukan laut lepas seperti di NTT yang berpulau-pulau. Ketika musim barat yakni pada bulan Desember-Pebruari, laut di NTT sangat rawan dan memang beberapa kali terjadi kecelakaan laut. Demikian juga ketika angin Timur sejak Mei-Agustus sama rawannya dan selalu ada kecelakaan di laut,” kata Medah, Senin (2/2/15).
Atas desakannya itu, kata Medah, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan telah menyetujui permintaannya itu dan dalam waktu dekat kapal feri itu akan segera didatangkan ke NTT.
Medah juga menjelaskan, untuk fasilitas perhubungan laut, ia mendesak Menhub agar memberikan kapal perintis yang besar agar bisa membantu pelayaran antar pulau di NTT terutama bisa mengangkut hasil produksi masyarakat di pulau-pulau di NTT serta kebutuhan pokok dari luar.
“Setelah kapal-kapal itu diberikan ke NTT nanti, Kemenhub tolong serius mengawasi agar kapal perintis itu benar-benar berfungsi maksimal,” tuturnya.
Tidak hanya itu, khusus untuk NTT, Medah juga meminta kepada Kemenhub untuk menyediakan sebuah kapal pengangkut hewan ternak dari NTT ke luar NTT.
Hal itu, kata dia untuk menindaklanjuti kesepakatan kerja sama yang ditandatangani oleh Gubernur NTT Frans Lebu Raya dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang disaksikan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu di Kupang.
“Saya bilang ke menteri Perhubungan bahwa sekarang kapal yang angkut ternak dari NTT ke Jakarta menggunakan kapal kargo biasa turun di Surabaya naik lagi ke Jakarta. Dan, karena kondisi kapal yang tidak layak maka semua sapi yang dikirim dari NTT akan mengalami penurunan berat badan dan bahkan banyak yang mati,” katanya.
Medah menjelaskan, jika saja nilai susut dan mati itu mencapai 20 persen dan sapi yang dikirim keluar NTT tiap tahun mencapai 100 ribu ekor, maka hanya 80 ribu ekor saja yang sampai di tempat tujuan terutama di Jawa.
“Masyarakat sangat rugi hanya karena tidak ada kapal hewan. Saya harap dalam tahun ini kapal hewan itu bisa dieralisasi, dan saya kawal terus karena terkait kapal hewan ini sudah menjadi cita-cita saya sejak bupati Kupang,” katanya. ***