NTT-NEWS.COM, Kupang – Beberapa hari ini publik nusantara diramaikan dengan pemberitaan tentang guru honorer di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diberhentikan secara sepihak oleh atasannya hanya karena menanyakan upah kerjanya selama hampir tiga tahun yang tak pernah dibayarkan.
Pertanyaan guru honorer soal gaji ini berawal dari kiriman SMS-nya kepada bendahara sekolah yang berisi tentang pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sebab, sudah tiga tahun dia belum menerima haknya.
Bukannya menerima hak berupa gaji, wali kelas satu dan kelas dua ini justru menerima pemecatan secara sepihak dari Pimpinannya. Selain dipecat, sang guru honorer ini pun dipolisikan dengan tuduhan pencemaran nama baik oleh pimpinannya.
Tindakan yang dilakukan pimpinannya itu menimbulkan kecaman keras dari publik dan nitizen di sosial media kepada Kepala Sekolah SDN Oefafi, Daniel Oktavianus Sinlae. Selain kecaman, ungkapan prihatin pun ikut meramaikan komentar nitizen untuk sang guru honorer itu.
Dia adalah Adi Meliyati Tameno sang guru yang bekerja di SDN Oefafi sejak tahun 2009 lalu dengan gaji Rp 250 ribu per bulan. Dari gaji yang diterimanya, tidak sepenuhnya Dia nikmati sendiri, namun sebagiannya dimanfaatkan untuk membelikan alat tulis bagi murid-murid yang berkekurangan alat tulis.
Dari upah yang dia terima sebenarnya sangat tidak cukup, namun Meliyati harus memutar otak dengan menjual es lilin dan jagung goreng. Tujuannya mulia pula, dia selalu menggunakan uang hasil jualannya untuk membelikan pensil dan buku bagi anak-anak yang tidak memiliki alat tulis.
Demi memenuhi kebutuhan siswa-siswinya, Meliyati mengaku harus membagi sebatang pensil menjadi tiga. “Satu batang pensil itu kadang saya harus bagi lagi untuk tiga anak, agar semua bisa kebagian dan bisa belajar,” kata Meliyati saat disiarkan langsung stasiun TV One di Jakarta.
Namun Meliyati juga mengakui bahwa selama dirinya diberhentikan tidak mengajar lagi, anak-anak walinya mulai lupa huruf sehingga harus mulai lagi dari awal. “Sejak saya diberhentikan, banyak anak-anak yang sudah lupa huruf, saya harus mulai lagi dari A sampai Z,” tuturnya.
Seperti diketahui, beberapa hari lalu, direktris PIAR NTT, Sarah Lerry Mboik yang menyambangi disekolah mengatakan siap untuk mendampingi Meliyati hingga persoalannya itu selesai sampai tuntas. Dipundak Sarah, Meliyati menumpahkan semua kegelisahannya dengan deraian air.
Meliyati yang dikenal sebagai guru yang baik hati dan penyayang murid-muridnya ini pantas menyandang nama Guru Honorer Pahlawan Tanpa Pamrih. Ia rela berbagi dalam kekurangan hanya untuk mendidik anak bangsa menjadi manusia-manusia yang cerdas. (rey)