NTT-NEWS.COM, Kupang – Ibrahim Agustinus Medah, anggota Dewan Perwakilan Daerah RI asal Nusa Tenggara Timur dipilih secara aklamasi mejadi ketua Timja (Tim Kerja) pengembangan Kemiri Sunan sebagai bahan baku pembuatan Bio Disel bahan bakar pengganti solar untuk seluruh Indonesia.
Pria yang akrab disapa Iban Medah itu dipilih dalam forum rapat kerja antara Komite II DPD RI dan spo nsor pengembangan kemiri sunan (KS100) yaitu Organisasi R-20 yang dipimpin Niko Barito, yang juga menjabat sebagai Dubes RI di Negara kepulauan Seycheless (dekat Madagaskar) yang digelar Jumad (17/4/2015) di gedung Komite II Kompleks Parlemen Senayan Jakarta.
Pada kesempatan itu, ketua Komite II DPD RI, Parlindungan Purba, mengatakan bahwa dari semua anggota Komite II DPD RI, hanya Iban Medah yang paling getol dan paling paham tentang pengembangan kemiri sunan karena sudah dimulai di NTT khususnya di Kabupaten Rote Ndao dan didukung Gubernur NTT serta masyarakat.
Dikatakan Purba, pimpinan dan anggota Komite II serta semua yang terlibat memberikan apresiasi dan sangat tepat memilih Ibrahim Agustinus Medah menjadi ketua Tim Kerja KS (Kemiri Sunan) 100. Pasalnya, Ketua Timja yang berkomunikasi dengan Kementrian Pertanian, Kementrian ESDM serta Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup supaya ini diproteks.
“Bapak Medah lebih tahu, karena pernah menjadi bupati Kupang dua periode dan Ketua DPRD NTT. Saya shakan ketua Timja kemiri sunan 100 yang dipimpin bapak Ibrahim Agsuistinus Medah dengan kenggotaanya teman-teman komite II dan akan kita umumkan dalam paripurna,” kata Purba.
Lebih lanjut dia katakan bahwa dari semua yang ada, Pak Ibrahim yang paling serius apalagi mau mengundang Presiden Jokowi ke Rote Ndao dalam acara gereja untuk sekalian tanam kemiri sunan. “Saya juga sudah ketemu gubernur NTT dan beliau sangat respons,” ujar Purba
Pada kesempatan itu juga, Ibrahim Agustinus Medah mengatakan bahwa Rote Ndao dijadikan sebagai lokasi percontohan pengembangan kemiri sunan di Indonesia bagian Tengah dan Timur.
Medah mengatakan, proyeksi 11 tahun ke depan Indonesia harus mengimport 100% BBM dari luar negeri. Permasalahannya adalah kebutuhan yang meningkat pesat sehingga tidak ada opsi selain beralih ke sumberdaya minyak nabati sebagai alternative terbaik yang tidak kompetitif dengan bahan makanan.
“Untuk jangka pendek pembibitan di Kabupaten Rote Ndao yang membutuhkan waktu 6 bulan dapat dimulai pada bulan Juni 2015 agar bulan Desember 2015 bertepatan dengan awal musim penghujan dimulai dengan penanaman. Jangka menengah dan Jangka panjang dengan Tim pakar dan Komite II selaku penanggung jawab akan mengembangkannya dalam skala yang lebih besar,” katanya.
Ibrahim Medah juga menjelaskan, sponsor dalam program besar ini adalah R-20 atau region 20 yang adalah organisasi yang beranggotakan para Gubernur dari Negara G-20 yang dibentuk atas inisiatif Arnold Swarscheniger mantan Gubernur Califonia dengan tujuan untuk mengembangkan potensi ekonomi di negara-negara G-20 menggunakan komoditi resource based dengan pendekatan business creative tanpa menggunakan pinjaman konvensional dari IMF atau world Bank. (sa/Lbt)