NTT-News.com, Kupang – Masyarakat pengguna jasa pelabuhan penyeberangan Bolok dan Tenau, Kupang mengeluhkan tindakan para calo yang berkeliaran yang mengatasnamakan Portir dan Petugas lainnya serta aparat kepolisian dan TNI yang bertugas di kedua Pelabuhan itu.
Keluhan masyarakat tersebut disampaikan dari berbagai media, terlebih melalui sosial media facebook. Sebut saja, akun facebook Jeyden Timothy di grup facebook ‘Viktor Lerik (veki lerik) Bebas Bicara Bicara Bebas’, menulis bahwa di pelabuhan ferry Bolok sudah seperti lahan basah bagi oknum-oknum tertentu.
Mobil pickup yang membawa Babi, masuk sampai di kapal ferry dan mau menurunkan anak Babi, namun harus membayar 100 ribu per ekor, harga tersebut belum termasuk uang bagasi untuk Babi per ekor di Karantina hewan. “Babi diturunkan dari mobil langsung ditempatnya dibayar 100 ribu, mereka tidak mau orang yang punya babi untuk turunkan. Aparat dan petugas di pelabuhan tidak peduli akan hal itu,” tulisnya pada Kamis 14 September 2016 malam.
Postingan tersebut mendapat empati dari berbagai netizen, dalam komentar para netizen itu hampir semunya membenarkan kejadian tersebut dan terkesan ada pembiaran dari aparat. Perlakuan terhadap pembawa ternak di pelabuhan itu sangat tidak seperti yang diharapkan karena Aparat kepolisian yang bertugas di pelabuhan itu terkesan cuci tangan.
Dalam komentar akun Jayden Timothy, mempertegas bahwa praktek ini dikoordinir oleh seorang bapak dgn tas dipinggang dan berdiri disamping petugas juga aparat.yang ada di Pelabuhan itu.
Lucunya, koemntar lanjut Jayden, ada portir waktu turunkan Babi, dia minta untuk 8 ekor anak Babi dengan harga Rp 800 ribu. “Tuan Babi bilang biar diturunkan sendiri, tapi portir itu marah dan mau pukul tuan babi itu. Disitu ada seorang polisi, tuan babi sampai nangis mohon ke polisi itu akan tetapi polisi itu bilang: itu tugas mereka, tugas saya berbeda, sambil lalu berjalan,” tulisnya.
“Tuan babi itu memohon kepada portir supaya tidak ada masalah utk turunkan harga karena tuan babi tersebut hny ada uang 400 ribu, tetapi jawab portir itu…kalau tdk ada uang jgn naik kapal… Trus si tuan babi katakan bahwa sdh bayar Rp 1.600.000 utk bagasi babi yg dimana per ekor Rp 200 ribu…. Untung ada seorang yg sdh jadi langganan bawa babi menggunakan fasilitas kapal feri utk nego dgn portir tsbt..kalau tidak si portir larang naik kapal…,” tulisnya lagi
Sementara Maukudji Mahinu mengatakan bahwa kejadian seperti ini bukan di pelabuahan Bolok saja, di pelabuhan Tenau juga, terutama pada saat kapal penumpang, mereka beroperasi sepertinya nyaman dalam melakukan aksi, besar kemungkinn di bekengi oleh petugas, pemaksaan dan intimidasi di hadapan petugas, tapi dibiarkan.
Mahinu meminta agar Gubernur menindak lanjuti laporan masyarakat sekalipun masih dalam bentuk postingan di sosial media. “Jagan hanya urus pembangun kantor gubernur saja,” komentarnya.
Hingga berita ini diturunkan, ratusan komentar dalam postingan itu terus berlangsung. Sampai saat ini, jumlah komentar dalam postingan itu mencapai 74 komentar. Semuanya nyaris mempertegas bahwa calo portir di kedua pelabuhan itu sangat garang dan dibiarkan aparat. (rm)