
NTT-News.com, Wewewa Timur – Ketua Tim Keluarga Paket DAMAI, yang juga merupakan ketua DPD Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Sumba Barat Daya (SBD) Aderita Andi Nono dengan lantang dihadapan ribuan massa pendukung Paket Damai di lapangan SMK Yatutim mengatakan untuk jangan memilih calon pemimpin yang banyak berjanji di atas kebohongan.
Menurut Aderita, Pemimpin itu pahlawan yang mau bekerja untuk masyarakat Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) bukan menerbar janji yang sulit direalisasikan apalagi memberikan janji-janji yang aneh-aneh. Kritik Andi Nono memang tidak secara langsung menujukan kepada salah satu pasangan lain tetapi Ia menilai bahw berjanji memberikan semuanya serba gratis adalah sesuatu hal yang sulit direalisasikan.
“Ada calon pemimpin yang banyak berjanji sampai ingin memberikan masyarakat bantuan super gratis. Kebijakan nasional juga diklaim sebagai program gratis miliknya. Siapa pun Bupatinya, Beras gratis sebanyak 10 kilo gram per KK itu tetap ada, karena itu program dari kementrian, namanya Rastra atau Beras untuk Keluarga Pra Sejahtera. Itu salah satu contoh belum lagi yang lain-lain,” tandas Andi Nono, Kamis 1 Maret 2018.
Selain itu ia menghimbau agar tidak memilih pemimpin yang mengabaikan kepentingan petani. Ia memberikan contoh bahwa pemimpin terdahulu banyak mengabaikan kepentingan masyarakat kabupaten SBD yang pekerjaannya adalah petani.
Jelas Dia, kecamatan Wewewa produk andalannya adalah pisang, sehingga para petani panen pisang yang berlimpah dan dikirim ke Bima, Bali bahkan sampai ke Jawa. Namun hari ini menurut dia karena kurangnya perhatian pemerintah pisang bahkan tidak tumbuh subur bahkan lebih banyak mati karena penyakit atau hama.
“Sekarang pisang banyak mati dan tidak subur, padahal ini adalah sumber ekonomi kita masyarakat ole milla ole dengo, pemerintah terkesan tidak mau ambil pusing. Yang dia urus hanya pencitraan bahwa dia telah buat jalan kemana-mana, siapapun Bupatinya jalan ini tetap bisa dibikin, karena anggarannya ada. Produk petani mestinya yang lebih diperhatikan karena hampir 80 persen warga SBD adalah petani,” tegasnya.
Di Kodi dan Loura, lanjutnya, berpenghasilan utama jambu mente, namun lagi-lagi tidak adanya perhatian pemerintah sehingga tahun ke tahun masyarakat Kodi dan Loura dipastikan terus gagal memanen jambu mente.
“Hampir Jambu mente tidak berhasil di Loura dan di Kodi karena tidak ada perhatian pemerintah untuk mengurusi itu. Jambu berulat. Ulat makan semua daun-daunnya bagaimana bisa berbuah banyak. Mereka bilang harganya sudah naik, yah memang naik karena hukum pasar menyatakan semakin sedikit permintaan maka semakin banyak penawaran. Harga naik karena jumalh jambu yang dijual atau dihasilkan hanya sedikit,” pungkasnya.
Dia juga merasa lucu, karena pembagian traktor oleh pemerintah tidak tepat sasaran, Wilayah Palla yang bergunung dan berbatu juga di berikan traktor sawah. Padahal menurutnya, traktor itu harus dibagikan kepada daerah yang memiliki sawah dan bertanah lapang tanpa bebatuan.
“Ini lebih lucu kebijakan pemerintah kita karena pembagian traktor tidak tepat sasaran, mestinya diberikan ke masyarakat yang mempunya sawah dan kebun di tanah rata tanpa bebatuan. Akibat dari pembagian traktor yang asal-asalan banyak masyarakat merasa kecewa karena ada wilayah yang sangat membutuhkan justru diabaikan oleh pemerintah,” pintahnya. (*/rm)