
NTT-News.com, Mbay – Kabel penangkal petir di menara pemancar signal milik PT Telkomsel yang berlokasi di desa Aeramo putus dan hingga kini belum diperbaiki. Warga sekitar Tower harap waspada.
Kepada NTT-News.com, Hamsi Muhammad, pemuda desa Aeramo yang melaporkan putusnya kabel penangkal petir itu, mengungkapkan bahwa bahaya terbesar dari putusnya kabel penangkal petir dari menara pemancar signal milik Telkomsel yaitu adanya sambaran petir langsung maupun tak langsung.
Pemuda tamatan SMK jurusan kelistrikan itu menerangkan bahwa fungsi rangkaian kabel penangkal petir yakni menangkap muatan listrik dari petir dan menetralkan di dalam bumi (Ground). Namun apabila kabel penangkal petir tidak terkoneksi dengan bumi maka akan menimbulkan dua macam bahaya sambaran petir yaitu bahaya sambaran langsung yakni akan merusak bangunan tower beserta peralatannya.
“Sedangkan sambaran petir tak langsung akan merusak bangunan dan peralatan lain di sekitaran tower seperti rumah, tiang listrik, barang elektronik dan bahkan dapat menimbulkan korban jiwa,” tutur Hamsi, Minggu 16 April 2017.
Hamsi mengharapkan agar pihak Telkomsel segera memperbaiki kabel penangkal petir tersebut mengingat cuaca tak menentu yang seringkali berubah dapat menjadi ancaman serius bagi siapa saja yang berada disekitaran Menara itu.
“Sebagai pemuda yang peduli, saya sangat mengharapkan agar pihak Telkomsel segera memperbaiki kabel penangkal petir itu demi kebaikan kita bersama mengingat cuaca terus berubah-ubah,” tandasnya.
Sebelumnya, Karolus Du’a, seorang pria asal kelurahan Towak tewas tersambar petir saat sedang beristirahat di pondok miliknya di area persawahan Tonggusita, Kelurahan Mbay I. Diduga, petir menyambar Handphone milik korban yang saat itu sedang digunakan memutar lagu saat sedang beristirahat. (Patrick)