Lintas FlobamoraNews

Gubernur NTT: Sekolah Jangan Dijadikan Kebun Binatang

×

Gubernur NTT: Sekolah Jangan Dijadikan Kebun Binatang

Sebarkan artikel ini
Gubernur NTT saat diwawancarai awak media sebelum acara pelantikan dimulai
Gubernur NTT saat diwawancarai awak media sebelum acara pelantikan dan mutasi dimulai (foto:dok)

NTT-News.com, Tambolaka – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya menginginkan lembaga pendidikan atau sekolah menjadi rumah kedua bagi siswa, sehingga nyaman dan tentram dalam menimba ilmu. Pernyataan ini disampaikan Lebu Raya saat mengukuhkan 50 orang Kepala Sekolah SMA/SMK se-daratan Sumba di Tambolaka, Rabu 17 Januari 2018.

Dia menegaskan, sekolah tidak boleh sekolah dijadikan kebun binatang oleh Kepala sekolah, dengan memanggil siswa atau guru yang lain dengan nama-nama binatang. “Tidak boleh sekolah dijadikan kebun binatang, siswa dipanggil dengan nama binatang demikian juga siswa kepada gurunya,” tegas Lebu Raya.

Gubernur Frans meminta para guru dan kepala sekolah menjadi contoh atau teladan yang baik dan benar bagi anak didik. Menurutnya, guru harus memberikan contoh perilaku dan sifat yang selayaknya menjadi inspirasi para siswa.

“Saya dan istri mencanangkan, situasi sekolah itu harus menjadi rumah kedua bagi para siswa. Mereka harus betah di sekolah,” kata Frans.

“Kenapa tidak, saat pergi ke sekolah di pintu gerbang (sekolah) kepala sekolah sudah datang duluan. Menyalami dan menyapa mereka (siswa) dengan baik, senyum kepada para siswa. Dan ketika masuk ke ruang kelas, guru yang mengajar jam pertama sudah menunggu di pintu ruang kelas menyambut dengan senyuman menyambut anak-anak calon masa depan bangsa ini,” lanjutnya.

Dia juga menyatakan bahwa Pemprov Nusa Tenggara Timur juga akan terus mendorong agar guru bisa memiliki kemampuan mengajar dan memiliki bahan ajar yang baik. Guru harus bisa memastikan bahwa siswa memahami apa yang telah diajarkan. Ini bisa dilakukan melalui evaluasi atau tes diakhir masa pelajaran.

“Guru juga kita dorong supaya menguasai bahan ajar dengan baik, menguasai metodologi ajar dengan baik. Dan guru tidak keluar kelas, kecuali setelah yakin bahwa seluruh siswa memahami dengan baik. Metodenya harus dipelihara betul yah, jangan sampai karena anak mengatakan ‘mengerti’ guru langsung keluar kelas. Diyakinkan dulu dengan cara tes diakhir pelajaran,” ucap Frans.

Untuk menciptakan generasi sehat, lingkungan sekolah pun harus bersih bagi siswa. Hal ini sebagai upaya untuk menciptakan suasana belajar dan mengajar yang nyaman. Frans pun menekankan guru dan kepala sekolah harus menjadi teladan bagi siswa dan dirinya, seperti tidak merokok. Untuk itu, sekolah layak menjadi rumah kedua bagi siswa. “Saya tidak ingin ada guru apalagi kepala sekolah yang merokok. Kita ingin mencintai dan menciptakan bangsa yang sehat,” tegasnya.

Selain itu, dia meminta agar dalam momen alih kelola SMA/SMK harus dimanfaatkan untuk menghilangkan praktik pungutan liar di dunia pendidikan. Sosok guru atau tenaga pendidik adalah SDM paling bersih di Tanah Air. Frans mencontohkan guru tidak boleh terlibat dalam urusan jual-beli seragam atau buku, karena hal tersebut bisa diserahkan kepada koperasi atau orang tua bisa membelinya secara mandiri.

“Oleh karenanya jangan ada perilaku yang mengotori kebersihan tersebut. Pengadaan seragam kita luruskan supaya tidak ada buruk sangka dari masyarakat kepada kita, penjualan buku kita luruskan jangan sampai ada yang buruk sangka dari masyarakat kepada kita. Dan lain sebagainya, kita sepakati. Supaya tidak ada hal-hal buruk yang kemudian ada pada para guru. Pokoknya para guru itu sosok yang menjadi teladan, sosok yang gagah dan ditiru,” pungkas Frans. (JEP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *