NTT-News.com, Kupaang – Lelaki Kelahiran Namosain, Kota Kupang, Awang Notoprawiro mengalami perjalanan karir yang cukup panjang sebelum menjadi pengusaha sukses seperti saat ini. Dulu Awang kerap dipanggil laki-laki amis, siapa sangka kini menjadi pengusaha kelas “Kakap”.
Dulunya, Dia hidup dalam keluarga dengan segala keterbatasan ekonomi. Terlahir dalam keluarga nelayan, Awang tumbuh bersama sembilan saudaranya dalam kesederhanaan. Kesulitan sang ayah sebagai seorang nelayan dalam menghidupi keluarga, membuat Awang kecil harus rela hidup dengan salah seorang kerabat ayahnya sebagai seorang anak angkat.
Awang yang saat itu duduk di bangku SMA Katolik Giovani Kupang harus menerima nasib karena sering dipanggil Asin oleh sang gurunya, Emannuel Mane Riberu (77). Karena kala itu Awang kecil sering ke Sekolah dengan tubuh yang masih dilekati sisik ikan.
Dikisahkan Emannuel Riberu, Awang dengan kondisi ekonomi kurang mampu dalam lingkungan keluarga, membuat Awang yang dirinya kenal saat itu harus mengurus ikan di laut sebelum melakukan aktifitas belajar dalam kelas, hal itu yang membuat dirinya selalu memanggil Awang dengan sebutan Si Amis.
Waktu itu, Melekat pada tubuh Awang sisik ikan setiap kali ke sekolah, sehingga membuat bauh tubuh Awang menjadi Amis, keterbatasan air dan sabun pada tahun 1986 sehingga tidak lagi harus mandi membersihkan tubuh yang bau amis.
“Dia (Awang) sering datang ke sekolah dengan melekatnya sisik Ikan, sehingga bau amis, saya sering memanggil Awang itu Amis, kalau saya panggil Amis pasti teman-temannya tertawa, saat itu air susah dan tidak mengenal adanya sabun jadi Awang usai melepas pukat, mengurus kapal hingga menjual ikan selesai baru bisa datang ke sekolah tanpa mandi,” cerita Riberu di kediamannya beberapa waktu lalu.
Lanjut Riberu, Dengan memanggil Awang dengan sebutan Amis bukan berarti dirinya menghina Awang, melainkan dirinya kagum dengan sosok Awang yang saat itu tidak mengenal rasa malu. “Saya tidak bermaksud menghina Awang, tetapi saya kagum karena dia pekerja keras dan tidak kenal rasa malu seperti teman-teman lainnya,” tuturnya.
Pengalamannya masa kecil dan remajanya itu membuat sosok yang satu ini tumbuh menjadi personal yang dinamis dan menempanya sebagai pribadi yang kokoh dan tangguh di Kota karang ini.
Awang pantang menyerah. Ia terus bertekad untuk menggapai cita-citanya, yakni ingin merubah nasib untuk menjadi sukses. Perjuangan dan kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Kemauan yang kuat, jujur serta tekun dalam bekerja, itulah modalnya dalam meraih kesuksesan. (Pt/rey)