Ekbis

Bank NTT Anggarkan Rp 7 miliar dari CSR untuk Kebutuhan Dasar Masyarakat; Apa saja?

×

Bank NTT Anggarkan Rp 7 miliar dari CSR untuk Kebutuhan Dasar Masyarakat; Apa saja?

Sebarkan artikel ini
Tengah: Plt Direktur Bank Utama Bank NTT, Yohanes Landu Praing

NTT-News.com, Kupang – Bank Pembangunan Daerah NTT atau Bank NTT yang merupakan bank kebanggaan masyarakat NTT menganggarkan dana CSR Rp 7 Miliar untuk pembangunan empat kebutuhan dasar warga NTT.

Dana sebanyak ini disalurkan melalui program ‘Bank NTT Peduli’, inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur.

Sebagaimana pada Tahun 2024 lalu Bank NTT juga membangun 13 unit rumah layak huni dari program Bank NTT Peduli. Dari anggaran tersebut telah dibangun delapan di Sumba Tengah, dan lima di Kota Kupang.

Sementara pada Tahun 2025 ini, Bank NTT kembali menggelontorkan Rp 7 miliar dana untuk berbagai program CSR, yang akan difokuskan penggunaannya pada kebutuhan dasar masyarakat seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.

“Bank daerah bukan cuma bicara kredit dan bunga. Kami bicara tanggungjawab juga dan dampak sosialnya pada masyarakat,” kata Yohanis Landu Praing, Plt Direktur Utama Bank NTT, kepada media ini beberapa waktu lalu.

Program bertajuk ‘Bank NTT Peduli’ itu terbagi dua: CSR Plan, berdasarkan permintaan pemerintah daerah, dan CSR Unplan, yang lahir dari kebutuhan mendesak warga.

Luar biasanya Skema penggunaan anggaran ini membuat bantuan tak selalu kaku, namun tetap dalam kerangka pertanggungjawaban yang akuntabel.

Dalam bidang pendidikan, Bank NTT membiayai Kampung Inggris di Kabupaten Kupang.

Sedangkan di sektor kesehatan, Bank NTT menyalurkan dana untuk penanganan stunting, sebagaimana hal ini menjadi persoalan lama NTT yang masih jadi prioritas nasional.

Karena program ini, Bank NTT menjadi satu-satunya bank daerah dari kawasan timur yang masuk dalam TOP CSR Awards 2025.

Penyelenggara Awards tersebut menilai bahwa presentasi Bank NTT dalam penyaluran dana CSR pendekatannya sangat kontekstual dan berbasis kebutuhan warga kepulauan.

Frans Boli Tobi, Kepala Divisi Corporate Secretary Bank NTT juga pernah menyebut bahwa CSR sebagai “jalan tengah” antara bisnis dan keadilan sosial.

“Kami dengar suara masyarakat lewat para pemegang saham, yaitu kepala daerah,” katanya.

Dengan jaringan di 22 kabupaten/kota di NTT, program CSR Bank NTT bukan hanya menyebar, tapi juga masuk hingga ke desa-desa di pulau kecil.

“Kami tidak ingin CSR ini hanya menjadi pencitraan,” ujar Yohanes.

Warga di rumah-rumah baru itu mungkin tak tahu istilah CSR. Tapi mereka tahu satu hal: ada rumah yang lebih layak untuk ditinggali, dan harapan yang lebih kokoh untuk masa depan. */Ad