Lintas NewsNews

Robert Marut: PLTS Jadi Solusi Penerangan untuk NTT

×

Robert Marut: PLTS Jadi Solusi Penerangan untuk NTT

Sebarkan artikel ini
Robert Soter Marut saat memberikan Bantuan peralatan PLTS di Desa Baumata, Kecamatan Taibenu Kabupaten Kupang
Robert Soter Marut saat memberikan Bantuan peralatan PLTS di Desa Baumata, Kecamatan Taibenu Kabupaten Kupang

NTT-News.com, Kupang – Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk daerah dengan tingkat elektrifikasi rendah di Indonesia. Hingga Oktober 2017, Kementerian ESDM mencatat, rasio elektrifikasi di NTT baru mencapai 58,99 persen. Padahal, secara nasional rasio elektrifikasi sudah mencapai 93,08 persen. Rasio elektrifikasi adalah perbandingan antara penduduk yang sudah  mendapatkan listrik dengan total jumlah penduduk.

Untuk mendongkrak rasio elektrifikasi ini, bakal calon gubernur NTT Robert Soter Marut melihat pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bisa menjadi solusi penerangan untuk NTT.

Menurutnya, PLTS ini sangat cocok dengan kondisi  NTT.  Karena NTT, lanjut dia, memiliki musim kering yang panjang, yaitu 8 sampai 9 bulan. Hampir di setiap pelosok di NTT kering sehingga cocok untuk penerapan teknologi PLTS. “Nah, musim kering yang panjang di NTT,  bisa kita manfaatkan dengan membuat PLTS,” ujarnya.

Menurut dia, Pembangkit listrik tenaga surya termasuk pembangkit listrik ramah lingkungan, dan sangat menjanjikan serta sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan pembangkit listrik menggunakan uap (dengan minyak dan batubara).

“Pada saat ini penggunaan tenaga matahari (solar cell) masih mahal karena itu perlu subsidi dari pemerintah,” terangnya.

Kelebihan energi surya, kata Robert, menjadi salah satu sumber energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan merupakan sumber energi terbarukan yang tidak akan habis meski digunakan secara terus menerus oleh manusia.

“Matahari kita tidak beli,  Tuhan beri matahari secara gratis untuk semua ciptaannya. Maka kita manfaatkan cahaya matahari untuk pembangkit listrik,” imbuhnya.

Dikatakannya, bahkan saat ini banyak sekali negara maju yang menggunakan energi surya untuk menjadikannya energi listrik.

Pembangkit listrik tenaga surya juga sangat cocok di NTT karena ramah lingkungan. Dikatakan ramah lingkungan karena penggunaan energi surya tidak akan menghasilkan emisi karbon sama seperti BBM. Keuntungan pembangkit listrik tenaga surya selanjutnya adalah hanya membutuhkan sedikit perawatan. Panel surya juga memproduksi energi secara diam, sehingga tak mengeluarkan bunyi bising dan lainnya.

“Sebagai teknisi pesawat tempur,  saya melihat pemasangan PLTS sangat mudah, kapasitas yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan,” ungkapnya.

Dijelaskannya bahwa selain keuntungan,  PLTS juga memiliki beberapa kekurangan yaitu daya yang dihasilkan akan berkurang ketika mendung. Karena itu, daerah di NTT yang curah hujannya cukup banyak, kurang cocok menggunakan PLTS.

“PLTS membutuhkan sinar matahari untuk bekerja. Ketika mendung ataupun pada malam hari keluaran energi panel surya pastinya kurang maksimal. Namun untuk menyiasati hal ini banyak PLTS skala besar yang melacak matahari untuk menjaga panel surya di sudut optimal sepanjang hari,” jelasnya.

Pembangkit listrik ini, jelas Robert, juga sangat membutuhkan biaya yang sangat besar per Megawatt (MW). Oleh karena itu banyak sekali negara yang memikirkan hal ini ketika akan membangunnya.

“Di NTT masih banyak desa dan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang belum mendapat penerangan listrik.  Sambil menunggu program pemerintah kita bisa kembangkan PLTS untuk kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Pemerintah sudah membantu sekolah di pelosok NTT baik berupa komputer,  LCD, laboratorium, maupun alat peraga lainnya yang menunjang proses belajar mengajar di sekolah.

“Nah,bagaimana bisa dimanfaatkan kalau disana tidak ada listrik. Pasti semuanya mubazir kan? Kita bisa membangun PLTS untuk mendukung proses belajar mengajar di sekolah, sehingga siswa/i bisa akses internet untuk mencari referensi dan menambah wawasan mereka,” tegasnya.

Lebih lanjut, jenderal bintang dua itu menjelaskan, fasilitas kesehatan seperti Puskesmas pembantu (Pustu) di NTT banyak yang belum diterangi listrik. Kadang para tenaga kesehatan didatangi malam-malam oleh pasien, atau dipanggil untuk melayani pasien ke rumah penduduk, maka untuk mendukung pelayanan diperlukan penerangan.

“Satu-satunya solusi sambil menunggu program pemerintah hanya dengan membangun PLTS. Intinya kalau NTT mau maju harus kembangkan teknologi yang didukung oleh alam NTT itu sendiri,” ungkapnya.

Penjelasan soal penerangan dengan tenaga Pembakit Listrik Tenaga Surya ini, disampaikan Robert Marut pada Minggu (5/11) saat memberikan bantuan perangkat PLTS kepada Komunitas SVD yang mengelola Gua Maria Bintang Kejora, Bikono, Desa Baumata Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang.

Bruder Matheus Anin, SVD mengapresiasi pemberian perangkat PLTS oLeh RSM. “Atas nama komunitas SVD saya ucap terima kasih kepada umat yang berkontribusi melalui PLTS untuk membantu para peziarah yang akan berdoa di gua Maria Bintang Kejora,  Bikono,” katanya. (YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *