
NTT-NEWS.COM, Jakarta – Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) mencatat Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi penyumbang rumput laut terbesar secara nasional. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi rumput laut Indonesia pada 2015 mencapai 10.335.000 ton basah, 60 persen dari capaian tersebut disumbang dari NTT.
Ketua Umum ARLI, Safari Aziz mengatakan, kapasitas produksi yang dihasilkan NTT masih bisa dipacu. Namun karena keterbatasan pemasaran, produksi NTT sebenarnya baru 30 persen.
“Salah satu pulau di NTT, Sumba menghasilkan 100 ribu ton dan hasilnya diserap pabrik setempat 40 persen. Sisanya ekspor ke pabrik lain di dalam ataupun di luar. Jika pasar semakin besar, ini bisa lebih besar lagi,” terangnya di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (17/2/2016).
Di sisi lain, dirinya menghimbau kepada pemerintah untuk membatalkan rencana larangan ekspor. Pasalnya serapan industri dalam negeri terhadap rumput laut dinilai masih sangat rendah yakni hanya mencapai 87.429 ton kering.
“Hasil produksi rumput laut kita tidak hanya dari NTT saja, masih banyak lainnya seperti Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan dan wilayah timur lainnya. Jika ada larangan ekspor, mau dikemanakan limpahan hasil yang telah diproduksi para petani rumput laut kita. Kami minta pemerintah memikirkan hal ini,” paparnya.
Terlepas dari krisis global yang ikut memperoleh pemasaran dan penyerapan rumput laut dan produk olahannya, nyatanya Indonesia masih mampu meningkatkan volume ekspor dari 200.706 ton di 2014 menjadi 206.305 ton di 2015.
“Volume ekspor memang naik, walaupun nilainya menurun karena rendahnya harga pembelian akibat adanya rencana pengenaan bea keluar dan larangan ekspor 2015,” tandasnya. (Hatree)