
Kupang, NTT-News.com – Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena dan Johni Asadoma Mengelar Coffe Morning Bersama Media massa selama masa kepemimpinan dalam program-prgram pemerintah pada Jumat 19/12/2025
Dalam sambutan Gubernur Melki menegaskan bahwa seluruh program yang dicanangkan sejak masa kampanye terus dikawal agar berjalan konsisten dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Salah satu program unggulan yang telah direalisasikan adalah pembangunan 10 NTT Mart yang kini telah tersebar di seluruh wilayah NTT. Program ini dinilai efektif dalam mendorong konsumsi produk lokal dan menekan ketergantungan pada barang dari luar daerah.
“Kita ingin mengubah pola ekonomi yang terlalu konsumtif menjadi ekonomi produktif berbasis potensi lokal,” tegas Gubernur Melki.
Bahkan, khusus Aparatur Sipil Negara (ASN), Pemprov NTT mendorong gerakan belanja produk lokal dengan menyisihkan minimal Rp100 ribu per bulan di NTT Mart. Jika diterapkan oleh sekitar 32 ribu ASN, maka perputaran ekonomi lokal bisa mencapai Rp32 miliar.
Pariwisata Jadi Lokomotif Baru: Di sektor pariwisata, Pemprov NTT sukses menggelar Tour de NTT yang diikuti puluhan pembalap dari berbagai daerah. Kegiatan ini mendapat apresiasi luas dan dipastikan akan dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya.
Selain itu, pohon Natal yang menghiasi sepanjang kota yang dibangun oleh Pemprov NTT akan dijadikan agenda tahunan dan dikembangkan di seluruh kabupaten/kota sebagai destinasi wisata baru.
“Intinya, seluruh kota di NTT kita dorong menjadi pusat pertumbuhan ekonomi lokal berbasis pariwisata,” ujar Melki.
Perlindungan Sosial: 100 Ribu Pekerja Rentan Terbantu: Pemprov NTT juga memperkuat perlindungan sosial bagi masyarakat rentan. Melalui pemanfaatan dana dari pajak rokok, pemerintah telah memberikan perlindungan jaminan sosial kepada 100 ribu pekerja rentan.
Program ini mencakup jaminan keselamatan kerja hingga beasiswa bagi anak pekerja jika terjadi kecelakaan kerja.
Posyandu Tangguh dan Penanganan Stunting: Di bidang kesehatan, Pemprov NTT mengembangkan program Posyandu Tangguh dengan melibatkan sekitar 10 ribu tenaga posyandu di seluruh NTT. Sebanyak 25 jenis layanan kesehatan disiapkan untuk menangani stunting, dengan memastikan seluruh Puskesmas terlibat aktif.
Namun demikian, Gubernur Melki mengakui masih ada wilayah yang memerlukan perhatian khusus, seperti Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Sekolah Vokasi Unggulan Berbasis Potensi Daerah: Pemprov NTT juga menyiapkan 10 sekolah vokasi unggulan berasrama yang akan mulai beroperasi tahun depan. Sekolah ini dirancang sesuai potensi daerah masing-masing, mirip dengan konsep sekolah rakyat, dan bertujuan mencetak SDM siap kerja berbasis kekuatan lokal.
Infrastruktur: Jalan dan Rumah Layak Huni: Di sektor infrastruktur, Pemprov NTT mengakui keterbatasan anggaran daerah. Namun pemerintah terus mengoptimalkan dukungan dana pusat untuk pembangunan jalan, air bersih, dan sumur bor.
Untuk perumahan, pemerintah menyalurkan bantuan Rp20 juta per rumah tidak layak huni, dengan skema pembiayaan bersama antara Pemprov NTT, pemerintah kabupaten/kota, dan dana desa. Sekitar 4.000–5.000 rumah ditargetkan mendapat bantuan, mengingat masih banyak rumah warga di NTT yang belum layak huni.
Kejar PAD dan Reformasi Birokrasi Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pemprov NTT menargetkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp2,8 triliun pada 2026, dengan fokus menutup kebocoran PAD.
Di sisi pelayanan publik, pemerintah meluncurkan inovasi Meja Rakyat, mempercepat reformasi birokrasi, serta mendorong transformasi digital melalui program NTT Digital dan Portal Sasando, bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital.
Gubernur Melki menegaskan bahwa pembangunan NTT tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah. Kolaborasi lintas sektor, termasuk keterlibatan diaspora NTT di 17 provinsi, menjadi kunci utama.
Ia juga menyoroti isu serius kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta meningkatnya kasus HIV/AIDS dan infeksi menular seksual, yang membutuhkan perhatian dan kerja bersama semua pihak.
“Kita sedang mengubah wajah ekonomi NTT. Defisit kita mencapai Rp51 triliun, ini angka yang tidak sehat. Karena itu kita harus berani berubah dan mencintai produk daerah sendiri,” pungkasnya.***










