NTT-News.com, Pero – Misa hari raya natal di Gereja Santo Agustinus Pero berjalan dengan aman dan tertib. Misa yang dimulai pada pukul 09:00 WITA di awali dengan tarian daerah. Misa natal tersebut di pimpin oleh Pater Silvester Nusa.
Pantauan media ini pada Rabu, (25/12/2020) pagi ini, umat mengikuti misa dengan tertib dan mendendangkan lagu-lagu pujian. Inisiatif umat dalam mengamankan misa natal juga tampak terlihat. Gedung gereja yang cukup besar itu tidak bisa menampung umat yang berdatangan mengikuti misa. Bahkan teras Gerejapun dipenuhi umat.
Selain itu, misa kali ini juga dimeriahkan oleh suara emas orang mudah khatolik yang berkolaborasi dengan beberapa orang tua. Suara ‘Pakalaka’ dan ‘kabara’ yang menjadi tradisi budaya Sumba juga meriahkan hari kelahiran Yesus Kristus pagi ini.
P. Silvester Nusa dalam khotbahnya mengajak umat khatolik untuk menjadi sahabat semua orang. Menjadi malaikat yang saling mengajak satu sama lain dalam muliakan nama Tuhan. Ia juga mengharapkan supaya umat khatolik selalu aktif dalam mengikuti ibadah/misa di hari minggu biasa.
“Saya sangat meyakini bahwa di hari kelahiran Yesus Kristus hari ini banyak umat khatolik yang berbondong-bondong datang berkunjug ke kandang Betlehem, tanpa disadari, itu semua terjadi karena ada malaikat yang mengajak kita untuk menyaksikan kelahiran jurus selamat,” ungkap pater Silvester dalam khotbahnya.
Sementara itu Petrus Lede umat gereja stasi Pero mengatakan bahwa dirinya sangat apresiasi umat yang sudah mengikuti misa dengan baik. Serta menjaga kenyamanan di lingkungan sekitar. Ia mengakui bahwa natal kali ini sangat meriah. Dirinya menjelaskan bahwa ditahun sebelumnya misa natal juga semeriah tahun ini.
Dikesempatan yang sama Petrus mengajak semua masyarakat untuk bangkit dan berkunjung ke Kandang Betlehem. Selain momen natal yang mengembirakan saat ini ia juga mengharapkan supaya persatuan dalam hari raya natal juga bisa menjadi momen pengikat tali persaudaraan.
“Semoga dengan momen ini kesadaran masyarakat untuk bangkit dalam menjaga keharmonisan umat beragama pada umumnya, khususnya dalam menjaga tali persaudaraan dan mencintai khatolik tetap terjaga,” tutup Petrus.
Berdasarkan pantaun media diakhir misa hari peringatan kelahiran Yesus Kristus, umat saling menyapa dan bersalaman satu sama lain. Selain itu, tradisi tanduk hidung yang menjadi khas tradisi Sumba juga menjadi pelengkap diakhir misa tersebut.
Penulis : Rian