Petani Garam di Nagekeo Keluhkan Sikap Pemda yang tidak Tetapkan Harga

0
249
Petani Garam Nagekeo
Petani Garam Nagekeo

NTT-News.com, Mbay – Masyarakat Petani Garam Desa Tonggurambang Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo mengeluh pemasaran Garam di wilayah Tonggurambang yang sulit mendapatkan perhatian Pemda Nagekeo dalam penetapan harga standar pemasaran Garam.

Ketua Kelompok petani garam, Ali Sadikin mengaku bahwa dari hasil Garam yang di peroleh Para Petani dari lahan Garam yang luasnya mencapai 13 Ha belum maksimal dalam hal pemasarannya. Padahal jumlah masing-masing ada 17 kelompok yang di bentuk dari Lahan yang sudah di sediakan pemerintah. Lantaran harga yang tidak tentukan pemerintah maka harga garam cenderung tidak menguntungkan petani bahkan sulit dipasarkan.

Dikatakan Ali, dalam 1 Ha lahan, bisa panen garam sampai 120 ton setiap bulannya. Dengan begitu para petani Garam Tonggurambang mendapat perolehan Garam bisa mencapai 2.800 karung sehingga omset yang didapat petani garam bisa mencapai Ratusan juta dan menjanjikan.

Namun sayangnya Pemda dalam hal ini dari Dinas Kelautan dan Perikanan sendiri hanya memberikan sumbangan mesin berupa mesin isap dan sosialisasi tentang pengolahan garam saja, sedangkan pemasarannya tidak diperhatikan.

“Harga standar belum ada jadi belum bisa taksasi keuntungan, malah yang dikuatirkan jika tidak terjual sama sekali,” kata Ketua Kelompok Ali Sadikin kepada NTT-News.com, Sabtu 8 September 2018.

Dia juga mengakui bahwa Pemda Nagekeo belum menetapkan harga standar mutu garam untuk para petani Garam karena standar mutu juga belum ditetapkan. Sehingga para Petani Garam, pemasarannya baru lebih banyak ke luar daerah separti, Maluku, Makasar dan sulawesi, bahkan dan Maumere.

Lukman Sardi salah satu Pemuda yang juga giat mengolah Lahan Garam mengaku bahwa sebagai orang muda di daerah itu masih kurang, karena sebagian besar garam di gunakan untuk konsumsi seperti untuk memberikan ternak sapi. Sedangkan dari PT. Cheetham, hanya membutuhkan sebagian besar garam yang menggunakan Geo membran untuk Industri Garam.

Lukman mengharapkan agar pemerintah untuk terus membuka mata bagi para petani Garam terkhususnya Petani Garam Tonggurambang agar memenuhi setiap tuntutan hidup dan teknologi pertanian garam yang belum terpenuhi agar dapat dipenuhi dan bersaing dengan garam yang dihasilkan dari geo membran.

“Untuk itu kami para petani disini memastikan bahwa para petani hanya meminta Geo Membran plasik garam yang fungsinya untuk mempercepat penguapan dan mutu garamnya lebih bagus, sehingga pemasaranya seperti perusahan untuk menerima garam Rakyat dan di Nagekeo sudah ada tetapi perusahan belum menerima garam rakyat, kemudian harga K1 Rp 800,- K2 dan K3 tergantung mutu garam itu sendiri,” katanya.

Petani mengharapkan ada yang namanya Eksperimen, sehingga Eksperiment tersebut tidak hanya pada eksperimen Petani Sawah padi saja, sudah seharusnya perlakuan tersebut berlaku juga untuk para petani Garam. “Kami juga membutuhkan sentuhan tangan pemerintah, jangan hanya petani sawah saja,” paparnya. (vhian)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini