
NTT-NEWS.COM, Kupang – Masyarakat Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diduga mengidap penyakit Tuberculosis (TB) masih malu mendatangi rumah sakit atau Puskesmas untuk memeriksakan diri. Demikian hal itu disampaikan Koordinator Jaringan Toberculosis Indonesia (JTI) Wilayah NTT, Oktovianus Nenabu.
Menurut Nenabu, masyarakat Kota Kupang yang diduga mengidap penyakit TB malu untuk memeriksakan diri karena merasa bahwa penyakit tersebut selalu diindektikkan dengan penyakit orang miskin, pola hidup tidak sehat.
“Pada hal, kasus penyakit TB ini bukan saja karena persoalan kemiskinan dan pola hidup yang tidak sehat. Karena orang dianggap tingkat kesejahteraan hidupnya saja bisa mengidap penyakit ini,” kata Nenabu, Sabtu (23/5/2015) dalam acara sosialisasi TB MDR.
Nenabu menjelaskan bahwa penularan peyakit tersebut bisa jadi karena berada udara yang diantara orang yang mengidap penyakit itu, lalu melakukan tindakan tidak beretika, seperti bersin, batuk dan saat berpapasa. Maka selalu disarankan agar penderita TB selalu mengenakan masker atau bersin dengan selalu menutupi mulut dan hidung.
“Karena itu kita juga tidak bisa menjauhi orang yang menderita penyakit tersebut, dan tidak bisa pula untuk kita tidak menghirup udara. Tetapi bagi penderita orang yang sehat disarakan untuk selalu mengenakan masker saat berpapasan dengan banyak orang,” paparnya.
“Penyakit itu tidak punya rasa malu, jadi siapapun kita yang pernah merasakan batuk berlebihan selama 2 minggu, sesak napas, nafsu makan berkurang, badan semakin kurus, berkeringat pada malam hari maka harus melapor ke petugas puskesmas, atau mendangi puskesmas terdekat untuk memeriksakan diri,” tandasnya.
Dia juga menjelaskan bahwa saat ini, penyakit TB adalah merupakan penyakit yang berbahaya dan mematikan, karena sesuai data yang peroleh JTI, di Indonesia setiap hari ada sekitar 7 orang yang meninggal karena TB. Sehingga bagi masyarakat yang merasakan gejala TB segera periksakan diri karena penyakit tersebut bisa diobati.
Dia juga menyebutkan bahwa untuk Kota Kupang sendiri terdapat 300 lebih pasien TB yang sedang berobat, sementara yang memiliki gejala, tetapi malu untuk memeriksakan diri ada sekitar 400an orang. “Ini bukan angka yang kecil, bisa jadi 400an orang ini menjadi pembawa virus bagi orang sehat lainnya,” ujarnya. (rey)